Solo, Sonora.id – Dyah Sujirah atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mbak Sipon, istri dari aktivis HAM Indonesia Wiji Thukul tutup usia pada Kamis (5/1/2023).
Dilansir dari TribunSolo.com, almarhumah Mbak Sipon menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Hermina, Solo pada pukul 13.01 WIB karena mengalami serangan jantung. Mbak Sipon meninggal diusia 55 tahun.
Kabar duka ini dikonfirmasi oleh keluarga terdekat membenarkan bahwa almarhumah telah meninggal dunia. Almarhumah dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Purwoloyo, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta hari ini Jumat (6/1/2023).
Almarhumah Mbak Sipon merupakan istri dari aktivis HAM Indonesia, Wiji Thukul. Wiji Thukul sendiri ikut menjadi korban aktivis yang dihilangkan secara paksa pada periode 1997-1998. Wiji Thukul merupakan seniman dan aktivis yang tergabung di Partai Rakyat Demokratik atau PRD.
Di masa perjuangannya ia menyuarakan berbagai ketidakadilan dan pengingkaran hak asasi manusia yang terjadi di era pemerintahan Orde Baru pada waktu itu.
Di masa hidupnya, Mbak Sipon juga mengikuti jejak sang suami untuk menyuarakan keadilan hak asasi manusia. Ia menjadi pahlawan untuk orang-orang kecil.
Seperti yang disampaikan oleh kakaknya Sarijo (64) dimasa hidupnya Mbak Sipon bukan termasuk dari golongan terpelajar, akan tetapi dia banyak membantu orang lain.
Bersama dengan suaminya, Mbak Sipon tidak pernah lelah memperjuangkan hak-hak orang kecil yang tertindas. Mulai dari banjir, hak kaum buruh menjadi hal yang diaspirasikan oleh Mbak Sipon.
Disisa usianya, Mbak Sipon juga menderita penyakit diabetes. Bahkan, ia juga harus merelakan kakinya untuk diamputasi karenya penyakit diabetes yang dideritanya.
Sampai akhir usianya, Mbak Sipon tinggal bersama anak sulungnya Fajar Nganti Wani bersama menantunya Herlambang Setya Jati.
Sedang anak bungsunya, Fajar Merah yang harus ikut tinggal dengan istrinya di Wonogiri.
Sampai akhir hayatnya, Mbak Sipon belum pernah bertemu kembali dengan Wiji Thukul suaminya semenjak kejadian penghilangan secara paksa diperiode tahun 1997-1998.
Kerabat dekat dari Wiji Thukul dan Mbak Sipon menyampaikan harapannya kepada pemerintah untuk menghapus tuduhan subversif untuk Wiji Thukul.
Seperti yang disampaikan oleh Hastin Dirgantari meminta pemerintah untuk mengrehabilitasi nama Wiji Thukul agar bersih lagi.
Duka mendalam dirasakan mengingat sampai dengan istirnya tutup usia, belum ada upaya pengembalian nama baik dari Wiji Thukul.
Baca Juga: Pedagang Dawet Untung Besar Imbas Dari Pengunjung Masjid Raya Syekh Zayed Solo