Palembang, Sonora - Hujan es terjadi di kawasan Margonda, Depok, pada Selasa (10/1/2023) sore. Berdasarkan video yang dilihat Kompas.com, hujan es tersebut begitu deras dan disertai angin kencang.
Terdengar juga bunyi hujan seperti menimpa atap rumah warga. Selain itu, butiran batu es berukuran sebesar kerikil itu berserakan di teras rumah.
Shinta Andayani, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang kepada Sonora (11/01/2023) menjelaskan bahwa hujan es merupakan bagian dari awan hujan, awan kumolonimbus.
Ada tiga tahap pertumbuhan awan. Pertama tahap pembentukan, tahap matang dan tahap punah.
“ Saat pembentukan berupa awan kumolos yang berkembang besar menjadi kumolonimbus. Di dalam awan terjadi fenomena fisis yang menjulang tinggi sampai menyentuh lapisan atmosfer dengan suhu dibawah nol derajat. Didalam awan ada gejala kelistrikan yang menyebabkan petir, kilat, es, air, angin kencang, angin berputar. Saat pertumbuhannya es dalam awan karena hebatnya energy di dalam awan turun ke permukaan bumi dan disebut hujan es. Begitu menyentuh permukaan bumi sudah melewati temperatur hangat, butirannya akan jatuh lebih kecil sebelumnya diawan. Hal itu bisa disebabkan karena angin kencang di dalam awan. Turunnya bukan seperti hujan dalam bentuk cair tapi dalam bentuk butiran-butiran es. Bila terjadi hujan es pasti akan disertai angin yang cukup kencang,” ujarnya.
Baca Juga: Beneran Kejadian, 5 Negara Ini Pernah Alami Hujang Uang, Kok Bisa?
Ia menjelaskan bahwa ada karakteristik daerah tersendiri yang bisa mengakibatkan hujan es.
Di sumsel berdasarkan catatan laporan masyarakat yang pernah terjadi hujan es di OKU, terutama daerah perbukitan seperti pagar alam, lahat, OKU selatan dan lubuk linggau.
Hujan es kejadiannya cepat dan sulit diprediksi. Intensitasnya lima sampai sepuluh menit.
Hujan es memiliki dampak negative antara lain dapat menyebabkan kerusakan fisik, menyebabkan tanaman layu.
Untuk mendeteksi hujan es sama seperti mendeteksi hujan lebat, muncul awan gelap, hitam dan besar. Perlu waspada masyarakat yang ada di daerah perbukitan dan dataran tinggi.
Baca Juga: Keanehan Alam di Indonesia Kembali Terjadi, Tangsel Diguyur Hujan Es BMKG Angkat Bicara