Sonora.ID - Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center (KIC) pada tahun 2022 lalu yang menunjukkan bahwa kapasitas Literasi Digital masyarakat Indonesia dinilai sebesar 3.54 dari 5.00.
Berdasarkan hal tersebut, tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori “sedang”.
Berdasarkan hal tersebut, Kemenkominfo berkolaborasi dengan sejumlah komunitas dan kelompok
masyarakat untuk meliterasi masyarakat tentang materi yang didasarkan pada 4 pilar utama
literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Kolaborasi dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berkolaborasi bersama Paberik Soeara Rakjat menggelar Kelas Video Podcast Literasi Digital di Galeria Cilandak Town Square, Jakarta Selatan pada Sabtu, 11 Maret 2023.
Kelas Video Podcast ini mengajak beberapa podcaster profesional untuk memperkenalkan teknik video podcast dengan menggunakan peralatan sederhana yang bisa dijangkau siapapun.
Kegiatan ini meliputi sesi gelar wicara dan praktik secara hybrid yang dihadiri oleh 30 orang peserta luring dan 350 peserta daring.
Kegiatan Kelas Video Podcast Literasi Digital dibuka dengan sesi gelar wicara mengenai pengenalan dasar video podcast dan juga prospek konten video podcast.
Podcaster audio/video dan pemandu literasi digital, Rizky Adi Nugroho menyampaikan bahwa video siniar atau podcast sebenarnya adalah inovasi baru karena pada dasarnya siniar atau podcast itu berbasis audio only.
“Saat ini ada misleading dimana orang-orang yang ingin mulai membuat podcast dihadapkan pada standar kalau podcast itu harus seperti konten Deddy Corbuzier atau Denny Sumargo. Padahal kita semua bisa menciptakan podcast tanpa standar apapun atau sesuai dengan minat dan konsep yang kita inginkan,” tambah Rizky.
Rizky juga menambahkan bahwa saat ini tahap produksi konten podcast sudah sangat mudah untuk dilakukan oleh semua orang.
“Sekarang kita semua bisa produksi melalui gadget yang dimiliki, salah satunya melalui aplikasi Spotify yang sudah memiliki tampilan seperti Instagram sehingga jadi lebih mudah untuk digunakan,” ujarnya.
Selaras dengan yang disampaikan Rizky, Partnership Manager, aplikasi Spotify Indonesia, Calvin Mongkol turut menambahkan bahwa peserta yang hadir tidak perlu pusing atau bingung memikirkan gear apa saja yang diperlukan untuk produksi podcast.
Baca Juga: Kemenkominfo Gelar Kegiatan Kupas Tuntas Aplikasi Medsos sebagai Media Pemasaran Bisnis Masa Kini
“Gak perlu pusing lagi mikirin harus pakai mic apa, pakai gadget apa, yang paling penting adalah konsep dan topik yang mau dibawakan ke dalam podcast-nya,” tutur Calvin.
Menurut Calvin, saat ini rasio video podcast sudah sangat fleksibel, kualitas tidak akan terpotong walaupun ukuran file konten sangat besar. Format kanalnya pun sudah hampir sama seperti Instagram Stories.
“Untuk teman-teman yang sudah datang ke sini, sekarang sudah ada fitur podcast ini di Spotify atau aplikasi lainnya jadi tolong dimanfaatkan, mulai saja dulu apapun gear yang kamu miliki, yang penting audionya terdengar dengan jelas dan itu saja sudah cukup,” tegasnya.
Di akhir sesi gelar wicara ini, Rizky juga menyampaikan bahwa para peserta tidak perlu bergantung pada seberapa mahal alat yang dimiliki, namun pada kreativitas yang dimiliki.
“Sekarang kita bisa kreatif dengan cara menambahkan audiogram yang ditempel dengan gambar statik, atau pakai stok video yang bisa kita ambil di youtube yang tentunya no copyright, atau bahkan kita bisa ambil dari stok video kita sendiri. Kita juga bisa memakai bantuan editing melalui adobe podcast AI agar suara menjadi lebih jernih. Jangan sampai telat memulai, karena sekarang Gen Z sudah selektif sekali dalam memilih konten. Video Podcast ini menjadi kesempatan juga untuk mengajak minat Gen Z,” ungkapnya.
Sesi Praktek Produksi Konten Video Podcast dengan alat sederhana
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi praktik yang dipandu oleh Podcaster dan Konten kreator bidang teknologi, Wishnu Kumoro. Dalam sesi ini Wishnu menyampaikan bahwa podcast sendiri terdiri dari tiga jenis yakni In-Studio Recording (Podcast dengan peralatan lengkap yang dilakukan di dalam studio), Remote Interview (Podcast dengan komunikasi dua arah yang dilakukan secara daring, contohnya perbincangan via Zoom), dan yang terakhir adalah Audio-Footage (podcast yang hanya berisi audio saja, namun bisa diberi grafis atau subtitle).
Baca Juga: Kemenkominfo Dorong Kolaborasi di Lingkup Pendidikan untuk Kesetaraan Literasi Digital Masyarakat
“Nah ketiga kategori ini bisa dipilih oleh teman-teman semua. Podcast yang paling ideal untuk diproduksi itu tergantung tipe mana yang teman-teman mampu lakukan atau sesuai
kemampuan kita saja. Dalam In-studio Recording, ada set peralatan lengkap mulai dari kamera, mikrofon, dan lain sebagainya, inilah jenis podcast yang paling susah karena space-nya harus cukup serta lightingnya harus mempuni. Selanjutnya ada Remote Interview yang sangat bergantung pada koneksi internet kencang dan stabil. Lalu yang terakhir adalah
Audio-Footage, yang maan adalah podcast paling sederhana dan hanya memerlukan gawai untuk membuatnya,” tambah Wishnu.
Setelah memberikan pengenalan dasar mengenai podcast, para peserta diajak untuk mempraktekan produksi dasar pembuatan podcast dengan memanfaatkan gawai yang
dimiliki.
Praktek yang dilakukan meliputi cara perekaman yang baik, cara penempatan gawai yang tepat untuk memperoleh audio terbaik, dan yang terakhir adalah pengenalan mengenai aplikasi Spotify for Podcaster.
Kegiatan Kelas Video Podcast Literasi Digital merupakan salah satu upaya literasi digital untuk segmen masyarakat umum dalam rangkaian kegiatan program Indonesia Makin
Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo).
Program Indonesia Makin Cakap Digital bertujuan untuk memberikan literasi tentang teknologi digital kepada 50 juta masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.