Sonora.ID - Setelah berhasil menyelesaikan masalahnya melalui Konferensi Antar-Indonesia, pihak Republik Indonesia maupun BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) kemudian bersiap untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar.
Pada tanggal 4 Agustus 1949, delegasi Indonesia yakni Dr. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Soepomo, dr. J. Leimena, Mr. Ali. Sastroamijoyo, Ir. Juanda, dr.Soekiman, Mr. Suyono Hadiwinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim, Kolonel T.B. Simatupang, dan Dr. Muwardi diberangkatkan. Sedangkan, delegasi BFO diketahui dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.
Konferensi Meja Bundar atau KMB diselenggarakan di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai dengan tanggal 2 November tahun 1949.
Konferensi ini digelar untuk menyelesaikan sengketa antara Indonesia-Belanda, sekaligus memperoleh pengakuan kedaulatan Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Baca Juga: Isi Perjanjian Roem Royen, Lengkap dengan Latar Belakang dan Tokohnya
Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB)
Hasil yang dicapai dalam KMB ini di antaranya adalah sebagai berikut, dikutip dari buku Sejarah 3 SMA Program IPS.
- Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
- Status Karesidenan Papua akan diselesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan.
- Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda berdasarkan kerja sama sukarela dan sederajat.
- RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak konsesi serta izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
- RIS harus membayar semua utang-utang Belanda yang diperbuat sejak tahun 1942.
Dampak KMB
Pada tanggal 15 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal IR. Soekarno. Pada tanggal 16 Desember 1949 Soekarno dipilih sebagai Presiden RIS dan pada keesokan harinya diambil sumpahnya.
Selanjutnya, pada tanggal 20 Desember 1949 Kabinet RIS pertama dibentuk dengan Moh. Hatta sebagai perdana menteri yang dilantik langsung oleh presiden.