Jakarta, Sonora.Id - Kepala Perpustakaan Nasional, Drs Muhammad Syarif Bando,MM menilai jika persoalan utama terkait literasi di Indonesia saat ini adalah bukan budaya baca masyarakat yang rendah melainkan kurangnya bahan bacaan masyarakat.
Literasi masyarakat Indonesia yang rendah, antara lain, disebabkan oleh kurangnya bahan bacaan. Rasio buku bacaan di Indonesia yakni satu buku untuk 90 orang. Padahal, sesuai standar UNESCO, tiap orang membaca tiga buku tiap tahun.
Hal itu disampaikan Muhammad Syarif Bando saat menjadi narasumber dalam kegiatan Diskusi Literasi bertema Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Lobby Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Jumat (28/4/23)
“Rasio ketersediaan buku bacaan yang dihitung dari perbandingan jumlah penduduk dan jumlah buku berdasarkan sensus perpustakaan ada kesenjangan di berbagai pulau,” ujarnya.
Bando menambahkan bahwa di Pulau Jawa dan Bali dengan penduduk sekitar 154 juta jiwa, ada lebih kurang 11,1 juta buku sehingga rasionya 0,58. Di Sulawesi dan Nusa Tenggara, rasionya 0,63, Kalimantan 0,60, Maluku dan Papua 0,38, serta Sumatera 0,10.
“Padahal, di Asia Timur, Eropa, ataupun Amerika Serikat, tiap orang rata-rata membaca 15-30 buku setahun,” pungkas Bando.