“Itu tuduhan yang berlebihan dari Pak Denny Indrayana. Pak Denny tidak boleh melupakan bahwa pada Desember 2008 terjadi perubahan sistem politik hanya beberapa bulan sebelum pemilu legislatif dilaksanakan pada April 2009 dan itu bagian dari desain untuk meningkatkan perolehan Partai Demokrat sebesar 300 persen,” kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Jumat (2/6).
Hasto juga menyampaikan bahwa Denny Indrayana saat ini tinggal di Australia sehingga terkesan salah dalam menerima informasi atau rumor.
“Itu kalau ingin membangun demokrasi indonesia yang sehat, agar berbagai manipulasi DPT, itu tidak terjadi lagi. Kalau tidak percaya silakan datang di Pacitan, silakan datang di Ponorogo di mana DPT-nya memang dimanipulasi sehingga perolehan suaranya meningkat drastis di basis partai tersebut,” kata Hasto.
Hasto menantang Denny untuk menggali hal tersebut sebagai sosok yang merasa sebagai pemikir bagi kemajuan Indonesia Raya terutama mengeklaim untuk meningkatkan kualitas demokrasi di indonesia.
Menurut Hasto, Associate Professor Australian National University (ANU) Marcus Mietzner pernah mengkaji meroketnya elektoral Demokrat pada 2009.
“Inilah yang seharusnya dikritisi oleh sosok akademisi seperti Pak Denny Indrayana,” tambah Hasto.
Hasto juga menemukan di Indonesia terjadi global reproduction of American politic, melalui liberalisasi politik dan ekonomi pascakrisis moneter 1997.
“Yang basisnya adalah kekuatan kapital, basisnya ada yg menggunakan populism, ada yang menggunakan dana-dana yang tujuannya populis tetapi tujuannya untuk mendongkrak elektoral,” kata Hasto.
Terlepas dari itu, Hasto mengingatkan bahwa sikap Ketua Umum PDIP Megawati sudah jelas mengenai pemilu yang harus dilaksanakan pada 2024.
“Dalam konteks ini mari kita wujudkan pemilu itu dengan sebaik-baiknya, jangan curiga berlebihan, jangan prejudice berdasarkan pengalamannya (Denny Indrayana) sendiri di masa lalu,” kata Hasto.