Bandung, Sonora.ID - Bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) setidaknya wajib mengetahui berapa biaya operasional dari usahanya, berapa keuntungan yang akan diperoleh, dan berapa modal yang digunakan untuk usaha.
Namun demikian, tidak semua UMKM memiliki modal atau dana sebagai amunisi yang menjadi suplai keberlangsungan operasional atau pengembangan dari usahaya.
"Semua UMKM baik yang skala kecil maupun besar itu pasti butuh dana atau modal. Setelah modal ada, lalu bagaimana mengaturnya agar bisa terus bertahan? Nah semua itu ada edukasinya, ada manajerialnya," ucap Head of Business Partnership Lending Amartha Adityo Putranto di Bandung, Rabu (7/6/2023).
"Nah, sebagai prosperity platform yang menghadirkan layanan keuangan inklusif untuk ekonomi akar rumput melalui teknologi dan prinsip keberlanjutan, kami berkolaborasi dengan eFishery, yang memberi peluang bagi UMKM khususnya para pembudidaya ikan dan petambak udang, untuk tergabung dalam ekosistem eFishery agar mendapatkan akses finansial secara inklusif dan mengembangkan usaha di sektor perikanan," terang Adityo.
Adityo menjelaskan, kolaborasinya dengan eFishery ini juga untuk mendorong ketahanan pangan melalui penguatan potensi akuakultur.
Baca Juga: Gibran Hadiri Bazaar UMKM Indonesia di Seoul
"Kolaborasi ini akan memberi peluang bagi para pembudidaya ikan dan petambak udang yang tergabung dalam ekosistem eFishery untuk mendapatkan akses finansial secara inklusif dan mengembangkan usaha di sektor perikanan," jelas Adityo.
“Akuakultur di Indonesia memiliki potensi cukup besar untuk menjaga ketahanan pangan. Namun, keterbatasan akses permodalan menjadi salah satu tantangan bagi pembudidaya untuk meningkatkan kapasitas usahanya," ungkapnya.
"Kami berharapkan tentunya ini dapat membuka akses yang seluas-luasnya bagi para pembudidaya, sehingga dapat memberikan dampak yang berkelanjutan, mulai dari peningkatan ekonomi pembudidaya, kualitas hasil panen, hingga pemenuhan nutrisi generasi mendatang," imbuh Adityo.
Lebih lanjut Adityo memaparkan bahwa pihaknya telah menjalin kolaborasi dengan eFishery sejak tahun 2022 melalui program “Kasih Bayar Nanti” (Kabayan) yang merupakan bagian dari layanan eFishery mall (eMall).
"Hingga Mei 2023 kemarin, kami telah menyalurkan modal mencapai 114 miliar rupiah dan berkomitmen terus mendukung penyaluran akses keuangan hingga 500 miliar rupiah. Program Kabayan telah menjangkau 1.600 pembudidaya ikan yang menjadi bagian dari ekosistem eFishery," papar Adityo.
"Melalui program Kabayan, pembudidaya ikan di ekosistem eFishery dapat mengajukan pinjaman mulai dari tiga juta hingga 100 juta rupiah, dengan tenor satu sampai enam bulan," paparnya lagi.
Di samping tujuan memperluas layanan keuangan inklusif di sektor akuakultur, lanjut Adityo, kolaborasi ini juga salah satu implementasi prinsip keberlanjutan yang dijalankan Amartha, di mana penyediaan akses keuangan turut berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan lewat akuakultur yang lebih sustainable.
Diketahui, potensi Akuakultur untuk Ketahanan Pangan Nasional Indonesia memiliki potensi besar di industri akuakultur yang memenuhi empat indikator pengukuran ketahanan pangan, yaitu harga pangan, ketersediaan pasokan, kualitas nutrisi, serta keberlanjutan dan adaptasi.
Hal ini pun diperkuat dengan fakta bahwa Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penghasil perikanan budidaya terbesar kedua di dunia dengan volume produksi 14,8 juta ton, dan berdasarkan prediksi FAO, perikanan budidaya Indonesia akan tumbuh sebesar 26% pada tahun 2030.