Bandung, Sonora.ID – Umumnya, selain polusi udara, pencemaran lingkungan yang terbilang cukup tinggi adalah pencemaran yang berasal dari hasil sampah rumah tangga.
"Diketahui, sampah yang berasal dari rumah tangga atau domestik menyumbang 60 persen dari 25.000 ton sampah di Jabar, komposisinya 60 persen sampah organik dan 40 persen sampah anorganik, dari jumlah sampah yang dihasilkan sekitar 40 persen sampah dapat ditangani dengan baik, sedangkan 60 persen masih belum dapat dikelola dengan baik," tulis Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat (Jabar) Prima Mayaningtyas, dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, kesadaran dan partisipasi masyarakat harus lebih ditingkatkan utamanya dalam memilah dan mengolah sampah dari rumah sebagai upaya mengurangi timbunan sampah ke TPA.
Terkait dengan hal tersebut, Tim Pengabdian Sekolah dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) melakukan penyuluhan bagi masyarakat mengenai pemilahan sampah rumah tangga baik organik maupun non organik dalam program NYAMPIH (Nyampah Pilih-pilih) di Kelurahan Rancabolang-Gedebage, Kota Bandung, Minggu (9/7/2023).
Dalam siaran pers SBM ITB, disebutkan bahwa Lurah Rancabolang Ahmad Nurhasan menyebut volume sampah di wiayahnya mencapai 1.700 ton per bulan. Kondisi itu memerlukan penanganan yang serius.
"Sebetulnya sampah di kelurahan kami ini sudah dipilah ke dalam dua jenis sampah, akan tetapi masih banyak sampah yang dikelola dengan cara penimbunan," kata Nurhasan.
"Sampah yang telah dipisah sudah berjalan 40 persen, namun kurangnya edukasi untuk warga mengenai perbedaan jenis sampah organik dan non-organik, lalu membedakan tong sampah, itu masih kurang. Sehingga saat ini, mayoritas sampah masih ditimbun,” imbuhnya.
Diinformasikan pula, Ketua Pengabdian Masyarakat untuk program Pemulihan Ekonomi SBM ITB, Santi Novani memaparkan bahwa kegiatan ini adalah tahap awal pengenalan pada warga mengenai volume sampah yang membengkak sehingga perlunya kepedulian masyarakat dalam mengelola sampah.
"Ya, harapan kami, lebih dari 20 warga Rancabolang ini bisa menjadi contoh bagi yang lain dan bekerjasama untuk bersinergi dalam program NYAMPIH," kata Santi.
Untuk diketahui pula, bahwa tahun ini sampah di Kota Bandung meningkat setiap bulannya.
Sampah yang menumpuk dihasilkan dari limbah restoran cepat saji maupun coffeshop yang tengah menjamur di Kota Bandung.
"Tidak hanya di kota besar, sampah kerap ditimbun di lahan kosong karena faktor demografis khususnya di pedesaan karena kurangnya edukasi terhadap pemilahan sampah,” pungkasnya.
Di sela materi sampah, tim mengenalkan program NYAMPIH yang dapat memberikan keuntungan bagi warga diantaranya kemudahan fasilitas pemungutan sampah yang akan di angkut oleh petugas, pengelolaan sampah yang ditimbang dan ditukar sebagai point reward.
Hasilnya, warga akan mendapatkan point dari jumlah sampah yang dikumpulkan dan dapat ditukar dengan voucher, barang, maupun uang tunai.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Ada yang Keren dan Homy di PT SEI Bandung, Yuk Intip!