Makassar, Sonora.ID - Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, menghargai pro-kontra publik terhadap kebijakannya.
Seperti dilontarkan mantan Staf Khusus Andi Sudirman Sulaiman (Andalan), Irwan ST, yang menyoroti penggunaaan anggaran besar untuk budidaya pisang. Menurut Bahtiar, apa yang dilakukannya adalah bagian dari penajaman program mencari solusi untuk pembangunan daerah.
Ia menyebut, faktanya hari ini stunting di Sulsel masih tinggi di angka 27 persen, kemiskinan 8 persen, serta tingginya kesenjangan ekonomi. Salah satu formula menyelesaikannya, kata Bahtiar, yakni dengan penggunaan APBD yang tepat sasaran. Sayangnya, formula Gubernur sebelumnya belum menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Kalau formula APBD selama ini belum menyelesaikan itu, apa kita mau pertahankan itu?," ujarnya kepada wartawan di Kantor Gubernur, Jumat (13/10/2023).
Karena itu, sebagai Penjabat Gubernur, dirinya harus mencari solusi alternatif. Utamanya yang dapat menggenjot produksi nelayan, peternak, dan petani. Bahtiar tak menampik, program Gubernur sebelumnya banyak yang bagus. Masalahnya, yang sudah dilakukan itu ternyata tidak mampu menurunkan kemiskinan maupun angka stunting sesuai perintah Presiden Joko Widodo.
Baca Juga: Surat Edaran Dana Desa untuk Budidaya Pisang Hanya Bersifat Imbauan
"Sebagai pemimpin di sini, saya harus memutar otak apa yang harus saya lakukan. Nah solusinya, memproduksi ikan banyak dilaut melalui pembuatan rumpon. Terhadap peternakan, kita perlu 500 juta telur per bulan untuk kebutuhan ibu hamil. Ada telur sebanyak itu tidak? Kita perlu uang 1 triliun untuk beli telur itu. Kalau tidak ada uangnya, maka kita perlu mobilisasi peternakan telur supaya anak-anak tidak stunting," bebernya.
Lebih jauh, Bahtiar mengaku terbuka dan siap berdialog secara ilmiah, bukan berdasarkan perasaan. Menurutnya, semakin banyak perbedaan gagasan, semakin bagus. "Gagasan berbeda melahirkan pikiran alternatif. Saya membawa pemerintahan ini menjadi pemerintahan yang menerima masukan tetapi harus berdasarkan data yang cukup," tegasnya.