Belarusia,Sonora.Id - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) berpartisipasi dalam Konferensi Internasional X dengan tema Perpustakaan sebagai Fenomena Budaya. Kegiatan ini berlangsung di Perpustakaan Nasional Belarusia selama dua hari, Kamis-Jumat (19-20/10/2023).
Kepala Perpustakaan Nasional Belarusia, Vadzim Hihin membuka konferensi yang didedikasikan untuk memperingati Tahun Perdamaian dan Penciptaan.
Selanjutnya, Perdana Menteri Republik Belarusia, Roman Golovchenko dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar seluruh peserta yang hadir dapat bekerja dengan baik dan berkomunikasi secara profesional. Selama sepuluh tahun, konferensi ini telah menjadi platform diskusi resmi di Belarusia untuk membahas masalah dan tren dalam komunitas perpustakaan.
Pada sesi pleno, seluruh kepala dan spesialis otoritatif dari perpustakaan terbesar, arsip, museum, penerbit, organisasi peneliti dan lembaga pendidikan, produsen perangkat lunak, perangkat keras, produk informasi dan peralatan industri untuk perpustakaan membahas identitas nasional serta kerja sama internasional perpustakaan.
Diplomasi budaya berperan sebagai peluang perdamaian dalam kondisi konfrontasi geopolitik, pengaruh faktor eksternal terhadap perolehan perpustakaan dan penyelenggaraan pelayanan.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, saat berlangsungnya acara pada sesi coffe break memberikan testimoni: menurutnya tema yang diangkat pada Konferensi Internasional X merupakan suatu keniscayaan atas kehadiran era digital dalam melakukan transformasi digital terhadap layanan perpustakaan kepada seluruh pemustaka, terutama generasi milenial.
Lebih lanjut, Kepala Perpusnas menambahkan Indonesia telah melakukan program transformasi digital perpustakaan tersebut dan menghasilkan 5 (lima) produk perpustakaan digital yakni iPusnas, e-Resources, Khastara, BintangPusnas, dan konten kreatif yang dihasilkan oleh pustakawan Perpusnas.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando pada saat gala dinner menyampaikan apresiasi atas undangan yang diberikan dan mengatakan bahwa pengelolaan perpustakaan di Indonesia terdiri dari manajemen kolesi sebesar 10%, manajemen pengetahuan sebesar 20%, dan transfer pengetahuan sebesar 70%.
“Saat ini yang menjadi program nasional dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia adalah Transformasi Perpustakaan Berbasisi Inklusi Sosial (TPBIS). Program ini menjadikan perpustakaan sebagai pusat berkegiatan masyarakat yang berdampak pada kemandirian dan kesejahteraan,” ucapnya.
Konferensi ini diselenggarakan atas Kerjasama Perpustakaan Belarusia dengan Kementerian Kebudayaan Republik Belarusia, Kementerian Penerangan Republik Belarusia dan Perpustakaan Nasional Belarusia dengan dukungan dana antarnegara untuk kerja sama kemanusiaan negara-negara anggota Persemakmuran Negara-Negara Merdeka atau CIS (Commonwealth Independent States) dan Asosiasi Perpustakaan Belarusia.
Sementara itu peserta yang hadir berasal dari berbagai negara antara lain Rusia, Indonesia, Armenia, Uzbekistan, Kirgistan dan Tajikistan.
Kegiatan yang digelar di hari pertama meliputi breakout session, pameran produk penerbitan, sumber daya dan layanan informasi elektronik, forus diskusi bertema Transformasi Digital Kegiatan Perpustakaan dan Pembentukan Tren: Kegiatan Inovatif Perpustakaan Daerah.
Pada hari kedua, diadakan dua sesi diskusi bertajuk Inisiatif Proyek dan Praktik Sosial Budaya Lembaga Budaya dan Pendidikan, serta Dukungan Ilmiah dan Organisasi untuk Kegiatan Perpustakaan.
Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Perpusnas dan Perpustakaan Nasional Belarusia.Dalam rangkaian konferensi juga dilakukan pembukaan pameran Harta Karun Buku Biara Kuteinsky, yang didedikasikan untuk memperingati 400 tahun berdirinya Biara Epiphany Kuteinsky Suci.