Find Us On Social Media :
Warga melintas di depan mural tentang ajakan menghentikan praktik konsumsi daging anjing di Simpang Wirobrajan, Yogyakarta, Senin (20/2/2023). Ajakan tersebut semakin digencarkan oleh sejumlah kalangan melalui beragam media di beberapa wilayah. ()

Kenapa Daging Anjing Tidak untuk Dikonsumsi?

Sonora Semarang - Rabu, 10 Januari 2024 | 17:16 WIB

Semarang, Sonora.ID – Beberapa waktu lalu, ­perbincangan di linimasa media sosial ramai membahas tangkapan kamera tentang ratusan anjing yang diangkut ­truk untuk diantar ke penjagalan.

Sampai berita baru yang terbit beberapa waktu kemarin mengabarkan bahwa truk tersebut berhasil disergap di gerbang Tol Kalikangkung Semarang.

Dilansir dari Kompas.id, truk tersebut berangkat dari Subang yang diduga akan diantarkan menuju ke rumah jagal di Sragen, Solo Raya.

Walau 87 persen dari 270 juta penduduk Indonesia beragama Islam dan memandang produk anjing sebagai sesuatu yang haram, namun faktanya menurut Dog Meet Free Indonesia, sekitar 7 persen masyarakat Indonesia diperkirakan masih mengonsumsi daging anjing.

Di beberapa wilayah mayoritas penduduk Kristen seperti Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur, daging anjing masih sering dijadikan menu makanan.

Terutama saat peringatan hari besar seperti Thanksgiving, perayaan keluarga, atau pernikahan, daging anjing wajib ada di atas meja.

Daging anjing juga sering dijadikan bahan “obat” karena dipercaya memeiliki sejumlah manfaat kesehatan.

Seperti menyembuhkan penyakit kulit, demam berdarah, asma, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, hingga meningkatkan stamina pria.

Di kota Surakarta dan Solo Raya contohnya. Olahan kuliner daging anjing memiliki sejarah panjang di kota ini, bahkan olahannya disebut sebagai “sate jamu”.

Sahabat Sonora, tahukah kalian kalau ternyata daging anjing tidak termasuk bahan pangan untuk konsumsi? Hmm.. Kira-kira kenapa, ya?

Baca Juga: 7 Cara Ampuh Mengusir Anjing Liar yang Tiba-tiba Mengejar atau Ingin Menggigit