Find Us On Social Media :
Ketua Dewan Pembina Yayasan UTA ’45, Rudyono Darsono (Dok UTA 45)

Sebanyak 322 Apoteker Lulusan Fakultas Farmasi UTA 45 Diambil Sumpah dan Dilantik

Jumar Sudiyana - Kamis, 18 Januari 2024 | 15:19 WIB

Jakarta,Sonora.Id - Sebanyak 322 Apoteker Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (UTA 45) Jakarta dilantik dan disumpah di Auditorium Klub Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (18/01/2024).

Pelantikan dan pengambilan sumpah ini adalah yang ke XLVII bagi Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UTA 45 Jakarta. Tak bisa dipungkiri, tantangan apoteker di industri farmasi modern semakin banyak. Selain karena ilmu teknologi dan kesehatan yang tidak pernah berhenti berkembang, di era serba digital seperti saat ini, kebanyakan orang lebih tertarik dengan pelayanan yang bersifat mudah diakses melalui suatu platform.

Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta J. Rajes Khana, Ph.D. mengatakan kebutuhan industri farmasi di Indonesia masih sangat terbuka lebar, sehingga kami berkomitmen untuk mencerdaskan anak-anak bangsa dari Sabang sampai Merauke melalui pembelajaran dan perkuliahan di kampus merah putih khususnya dalam mencetak profesi apoteker yang jujur dan berintegritas," tuturnya.

Rajesh menambahkan seiring dengan perkembangan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan, peran Tenaga Kefarmasian semakin diakui sebagai bagian integral dari sistem kesehatan. 

"Kami berharap pemerintah bisa lebih longgar soal regulasi sehingga dapat menghasilkan kesepakatan untuk memberikan rekomendasi tersebut demi mendukung keberlanjutan praktik profesional di bidang farmasi," tambah Rajesh.

Sementara itu Ketua Dewan Pembina Yayasan UTA ’45, Rudyono Darsono mengaku prihatin atas kondisi Indonesia yang berada diurutan paling bawah soal kualitas pendidikan di Asean. Berdasarkan hasil penelitian Lynn dan David Becker, terketahui di antara bangsa ASEAN, ternyara Indonesia berada di urutan paling buncit negara berpenduduk terpintar di dunia.

"Saya kembali ke Indonesia untuk mengabdi kepada ibu pertiwi untuk berkontribusi membenahi dunia pendidikan nasional khususnya dunia farmasi yang masih kurang di Indonesia," kata Rudy.

Sementara itu hambatan dalam industri kefarmasian salah satunya karena tindak pidana korupsi yang masih terjadi di berbagai sendi kehidupan bangsa ini. Kondisi tersebut dapat menghambat Visi Indonesia Emas 2045.

Rudy memandang sebuah bangsa akan rusak apabila terjadi kolusi dan permufakatan melawan hukum yang dilakukan lembaga kesehatan.

"Temuan PPATK yang mensiyalir adanya dugaan aliran dana Proyek Strategis Nasional ke kantong Aparatur Sipil Negara hingga politikus menandai rusaknya kondisi bangsa Indonesia saat ini," tegas Rudy.