Tulungagung, Sonora.ID - Urgensi literasi digital dalam konteks Pemilu tidak hanya mencakup penggunaan teknologi digital, tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap kualitas, integritas, dan perdamaian dalam pelaksanaan proses demokrasi.
Literasi digital memberikan masyarakat kemampuan untuk memilah informasi yang benar dan relevan di tengah derasnya arus informasi yang beredar di ruang digital sehingga dapat menciptakan suasana Pemilu yang damai.
Hal inilah yang mendasari kerjasama Kemenkominfo dan ISHARI NU menyelenggarakan seminar literasi digital terkait pemilu damai di ruang digital.
“Literasi digital membantu meredam potensi konflik dengan membantu masyarakat mengidentifikasi dan menanggapi informasi provokatif,” ujar Praktisi Literasi Digital Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU), Abdul Rahman Saleh Fauzi saat kegiatan Dialog Literasi Digital bersama Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARI NU) di GOR Balai Desa Karangsono, Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Senin (22/1/24).
Baca Juga: 40 Kata-kata Ajakan Jangan Golput di Pemilu 2024, inspiratif Penuh Motivasi
Abdul mengungkapkan pemahaman literasi digital yang baik memungkinkan komunikasi efektif, mengurangi potensi konflik, dan menciptakan suasana damai saat Pemilu 2024 yang akan datang.
Sehingga kesadaran masyarakat mengenai penggunaan teknologi komunikasi juga harus ditingkatkan.
Selain itu, Abdul juga menjelaskan Bagaimana literasi digital dapat membantu masyarakat dalam memahami dan memilih kandidat dengan lebih cerdas.
“Literasi digital memungkinkan masyarakat untuk melakukan penelusuran informasi yang lebih mendalam mengenai rekam jejak dan program kandidat. Ini membantu mereka membuat keputusan yang lebih cerdas dan berdasarkan fakta,” ujarnya.
Pada acara yang sama, Dosen Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulung Agung (UIN SATU), Seli Muna Ardiani, M. Hum., memaparkan mengenai bagaimana beretika dalam dunia digital menuju Pemilu damai.
“Media sosial memiliki peran kunci dalam membentuk opini masyarakat terkait pemilu, oleh karena itu literasi digital diperlukan untuk menyaring informasi dan menghindari pengaruh berbahaya dari konten yang tidak valid,” papar Seli.
Baca Juga: Apa Itu Formulir C1? Ini Penjelasan dan Jenis-jenis Formulir KPU di Pemilu 2024
Seli turut menyampaikan mengenai dampak negatif dari penyebaran informasi palsu terkait pemilu dan bagaimana literasi digital dapat meredamnya.
“Penyebaran informasi palsu dapat menciptakan kekacauan dan memengaruhi hasil pemilu. Literasi digital membantu masyarakat untuk mengidentifikasi informasi palsu dengan memperkuat kemampuan mereka dalam memeriksa keaslian sumber informasi.” pungkasnya.
Sebagai informasi, Kegiatan Dialog Literasi Digital Bersama Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARI NU) dengan tema "Peran Literasi Digital Dalam Menciptakan Suasana Damai" merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Kegiatan ini dihadiri sebanyak 300 Anggota ISHARI NU Kabupaten Tulungagung, termasuk Aktivis Kepemudaan Tulungagung, Habibur Rohman Tamba,S.Ag. dan Aktivis muda Nahdlatul Ulama, Adimas Asy’arie.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkuat keterampilan literasi digital dalam rangka memberdayakan kelompok masyarakat sipil untuk menjadi penjaga informasi yang kritis dan dapat diandalkan, meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap praktik kejahatan di dunia digital, dan memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang etika bermedia sosial di dunia digital.