Find Us On Social Media :
()

Riwayat Kampung Kuno Dalam Semangkuk Gulai Kambing Bustaman

Sonora Semarang - Jumat, 2 Februari 2024 | 16:48 WIB

Sonora.ID - Mencari rekomendasi kuliner khas Semarang, Anda pasti akan menemui Gulai Kambing Bustaman di urutan ke-sekian.

Gulai kambing yang dimasak tanpa santan dan disajikan beserta serundeng serta kuah kental racikan rempah berbahan utama kapulaga ini menghasilkan aroma pekat yang menggoda.

Tak ayal Gulai Kambing Bustaman menjadi sasaran perburuan bagi penikmat kuliner berkolesterol tinggi.

Seperti nama-nama sajian kuliner lokal lainnya, nama Gulai Kambing Bustaman diakhiri oleh daerah asal makanan itu berasal.

Bustaman, adalah nama perkampungan kuno di tengah kota sekitaran area Kota Lama Semarang.

Kampung ini terletak di Kawasan Mataram, pusat pertokoan di Jalan MT Haryono yang dulunya merupakan akses dari Semarang ke pusat Kerajaan Mataram.

Dalam semangkuk sajian gulai kambing yang hangat, terdapat kisah unik asal muasal serta kaitannya dengan tempat di mana sajian khas ini berasal, kampung kuno Bustaman.

Baca Juga: 10 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula Bagi Kesehatan, Bantu Turunkan Berat Badan!

Kampung hadiah VOC untuk Ki Bustam

Dilansir dari Kajian Sejarah Kampung Bustaman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Kampung Bustaman adalah sebuah wilayah yang dihadiahi VOC kepada Ki Kertoboso Bustam (Sayid Abdullah Muhammad Bustam) karena peran serta kepiawaiannya sebagai akuntan, juru tulis, dan juru bahasa VOC.

Pada tahun 1742, Ki Bustam turut menjadi juru bahasa atau penerjemah Bahasa Belanda-Jawa yang menjembatani komunikasi antara VOC dengan Raja Mataram Islam.

Peran Ki Bustam cukup besar dalam terwujudnya Perjanjian Giyanti.

Dirinya turut andil dalam mewujudkan rekonsiliasi antara dua kubu dalam konflik Mataram Islam sebagai utusan untuk menemui Mangku Bumi.

Berkat intelektualitasnya sebagai penerjemah penjembatan dua pihak itulah sejumlah tanah cikal bakal Kampung Bustaman dihadiahi padanya.

Dirinya pun sempat diangkat sebagai Wakil Bupati Terbaya bergelar Ngabehi Kertabasa.

Baca Juga: Harga Cabai dan Gula Pasir Naik Signifikan di Sulsel

Kampung jagal Bustaman

Tak diketahui sejak kapan tepatnya Kampung Bustaman dikenal sebagai “kampung jagal”, namun pada catatan koran lokal de Locomotief terbitan 3 Juli 1896, terdapat penyembelihan kambing yang sangat masif dilakukan di Bustaman oleh para Haji dan orang-orang Cina.

Kambing dan domba juga dikembangbiakkan di rumah dan gang-gang Kampung Bustaman.

Karena besarnya transaksi kambing dan domba di Bustaman, pasar pun dibuka tiap pagi di kawasan kampung ini.