Manado, Sonora.ID - Berdasarkan rilis perkembangan indeks harga konsumen Badan Pusat Statistik provinsi Sulawesi melaporkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) provinsi Sulawesi Utara pada bulan Februari 2024 mencapai 3,55 persen. Sedangkan inflasi secara bulanan BPS Sulut mencatat -0,63%..
Penjelasan mengenai inflasi dari pemerintah provinsi Sulawesi Utara yang diwakilkan oleh Karo Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara Reza Dotulung mengatakan dalam rangka menghitung inflasi ini, itu diukur bukan hanya komoditas beras saja tetapi ada sekitar 400an komoditas yang masing-masing komoditas memiliki bobot tertimbang walaupun beras mengalami peningkatan tetapi bobotnya itu hanya kurang lebih satu persen dari total basket harga yang dimaksud dalam total indeks harga konsumen sehingga dapat dilihat ada barang-barang 369 komoditas lainnya yang mungkin mengalami penurunansecara kumulatif atau keseluruhan Sulawesi Utara mengalami deflasi.”tuturnya
Langkah ke depan pemerintah provinsi Sulawesi Utara dalam mengantisipasi signifikan kenaikan beras ini bahwa upaya Gubernur dan Wakil Gubernur sudah sangat bekerja extra keras, sejak awal tahun dari dinas pertanian sudah mengupayakan bagaimana peningkatan luas tanam dan produksi padi dan kita boleh melihat bersama pada bulan januari sampai april 2024 di proyeksikan mengalami kenaikan secara signifikan jadi upaya tesebut bukan cuma sekedar konsep-konsep tetapi sudah dilaksanakan dan kita sudah melihat hasilnya seperti proyeksi bulan april 2024 produksi padi, produksi beras kita mengalami kenaikan signifikan.
Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik BBPOM Manado Kolaborasi Panthelix dalam Forum Konsultasi Publik
Menjelang bulan puasa atau lebaran maka upaya pemerintah provinsi Sulawesi Utara mencegah inflasi “peak demandpada saat lebaran adalah bagaimana mematchingkan panen padi supaya disaat itulah kita perlu beras tentunya tidak lepas berkoordinasi dengan Bulog karena Bulog juga melakukan impor menjamin ketersediaan beras pada saat lebaran. kemudian terkait dengan cabe kita akan coba pertahankan apa yang sudah ada sekarang yaitu kisaran harga 50-60 ribu per kilo dengan melihat kerjasama antar daerah, mana-mana pusat-pusat produksi cabe yang akan kita diatur untuk mengendalikan harga cabe tetap dengan kisaran 50-60 ribu per kilo.”ucapnya
Ia menambahkan pada saat lebaran selalu melakukan operasi pasar yang bekerjasama dengan disperindag dan juga ada gerakan pangan murah yang di koordinasikan oleh Dinas Ketahanan Pangan jadi betul-betul sinergi dari seluruh unit di pemprov sulut bukan hanya pemprov tetapi juga seluruh pemerintah kabupaten kota sebagai pemilik wilayah, kita juga dalam sinergi TPID, sinergi tim penanggulangan kemiskinan daerah dan peningkataan akses keuangan daerah.”pungkasnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2023 Tumbuh 5,04% (yoy) Didukung Komponen PDB