Sonora.ID - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong sekolah yang belum pernah menggunakan kurikulum merdeka untuk segera menerapkannya.
Targetnya, Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional yang akan diterapkan oleh semua satuan pendidikan pada tahun ajaran baru 2024/2025.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengungkapkan, hingga saat ini masih ada 27 persen sekolah yang belum menerapkan kurikulum merdeka.
Sekolah-sekolah tersebut masih menggunakan kurikulum 2013. Menurutnya, kurikulum merdeka lebih baik dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Anindito mengatakan sekolah diberi batas waktu 2 sampai 3 tahun untuk menerapkan kurikulum ini.
"Kami tak memaksa. Kami beri waktu 2 sampai 3 tahun untuk diterapkan," kata Anindito dalam Peluncuran Rapor Pendidikan 2024 di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Selasa (5/3).
Anindito lalu mengatakan pembahasan kurikulum merdeka menjadi kurikulum nasional juga melibatkan organisasi pendidikan dan organisasi guru. Ada sekitar 140 praktisi pendidikan dari 40 lembaga yang dilibatkan dalam menyusun draf permendikbudristek ini.
"Karena itu di 2024 ini, kami akan bantu sekolah tersisa untuk terapkan Kurikulum Merdeka," kata Anindito.
Ia menegaskan, Kurikulum Merdeka menjadi kebijakan nasional sudah sesuai rencana. Tujuannya untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
"Sekali lagi ini bukan soal pergantian dokumen atau nama istilah. Ini adalah momentum kesempatan untuk memperbaiki," ujarnya.
Ia mengatakan, Kurikulum Merdeka awalnya dicoba di 3.000 sekolah pada 2021. Setelah dianggap berhasil, sekolah bisa mencoba menerapkan kurikulum itu. Pada 2022, ada sekitar 140 ribu sekolah yang menggunakan kebijakan ini.
"Lalu pada 2023, sudah ada 160 ribu sekolah," ungkapnya.
Anindito, yang akrab disapa Nino, menjelaskan dampak dari penerapan kurikulum merdeka selama 3 tahun sudah bisa terlihat saat ini, di antaranya adalah peningkatan literasi dan numerasi siswa pada periode tersebut.
"Sekolah yang semakin lama menerapkan kurikulum merdeka, peningkatan literasi, numerasinya dari 2021 ke 2023 itu semakin pesat, semakin tinggi. Terutama kalau dibandingkan dengan yang masih menggunakan kurikulum 2013," tuturnya.
Dalam paparannya, Nino menunjukkan nilai indeks capaian literasi dari siswa SMP/MTS/Sederajat melonjak naik sejak penerapan Kurikulum Merdeka. Pada 2013, ketika diberlakukan Kurikulum 2013, nilai indeks capaian literasinya adalah 2,68.
Sementara itu, sekolah yang telah menggunakan Kurikulum Merdeka mendapatkan nilai indeks yang sangat tinggi, yakni 4,84 untuk yang baru menerapkan pada 2023; 5,7 untuk yang menerapkan pada 2022; dan 7,15 untuk sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak 2021.
Peningkatan serupa pada nilai indeks capaian literasi juga terjadi pada tingkat SMA dan Sederajat.
Dengan demikian, dampak positif ini dinilai menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional pada 2024.
Sebagai informasi, Kurikulum Merdeka Belajar adalah bentuk evaluasi dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Kurikulum ini diluncurkan secara resmi oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim pada Februari 2022.