Palembang, Sonora.ID - Chat GPT adalah sebuat tools Artificial Intelligence (AI).
Saat ini AI transformasinya cukup luar biasa. Kalau dulu AI itu hanya bisa digunakan oleh orang-orang yang ahli dalam teknologi seperti programmer atau developer.
Sementara saat ini dengan adanya chat GPT secara personal, dari bidang apapun kecerdasan Chat GPT sudah bisa digunakan.
Fungsinya dapat digunakan sebagai asisten penelitian, pemasaran, maupun operasional.
Hal ini disampaikan Aditya Dwi Putra, Trainer & Consultant at Subsdaily dan Chief Evangelist at Maia.ai dalam seminar dengan tema ChatGPT for Marketer yang diadakan oleh Universitas Multi Data Palembang di Aula Lantai 5, Selasa 11 Juni 2024.
“Misal kita seorang akuntan yang banyak menghabiskan waktu dalam mengerjakan tugas selama ini, saat ini kita bisa limpahkan ke AI untuk memprosesnya” ujar Aditya.
Menurut Aditya, tema Chat GPT for Marketer dipilih karena dari use case marketing sangat menarik.
Sebagai contoh jika berbicara tentang masalah pemasaran tidak hanya berbicara mengenai konten pada saat menawarkan, tapi di situ juga ada proses budgeting, content planning, marketing strategy, dan lain-lain.
“Dalam proses ini cukup panjang dan harus melalui yang namanya brainstorming mengenai produk kita siapa, customer kita siapa atau bahkan mungkin selama ini kita belum secara pasti tahu sebetulnya siapa market kita ini. Dengan menggunakan CPT, salah satunya itu bisa membantu kita,” sebut Aditya.
Aditya juga mengungkapkan jika berbicara tentang konten, bagi seorang marketer strategi yang digunakan adalah menggunakan konten marketing seperti di social sosial media yang saat ini banyak sekali konten-konten yang sudah di generate dengan AI.
Jika konten tersebut ternyata digunakan oleh seorang marketer sebagai konten marketing, akan sangat disayangkan atau mungkin bisa menjadi bahaya ketika si marketer itu tidak melakukan disclosure atau pengungkapan kalau konten itu memang dibuat oleh AI itu adalah salah satu tantangan yang dihadapi.
“Banyak kejadian di Indonesia netizen cukup militan ketika mengkritik sesuatu tanpa mengatakan kalau ternyata ini dibuat oleh AI. Jika sebuah perusahaan membuat konten tersebut dengan menggunakan AI, ada baiknya hal ini diungkapkan sebagai transparansi dan etika,“ jelas Aditya.
Adiya menyampaikan pesan khususnya kepada generasi millennial. Beberapa pekerjaan dalam tanda kutip mulai terancam, akan tetapi sebagai seorang manusia harus lebih pintar dari Chat GPT itu sendiri, dengan meningkatkan skill critical thinking.
“Ini merupakan skill kritis dalam menghadapi, mengungkapkan ataupun menyelesaikan sebuah masalah karena manusia pada hakikatnya lebih cerdas dari AI,” tutup Aditya.
Penulis: Dina Apriana