Jatinangor, Sonora.ID - Dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan membantu menjaga bumi untuk generasi mendatang, memilah sampah menjadi sangat penting untuk menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Dengan memilah sampah dapat mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), sehingga mengurangi pencemaran tanah dan air.
Selain itu, pemilahan sampah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran sampah.
Terkait dengan ini, puluhan warga Desa Sayang Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang mendapat pelatihan dari Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB Bandung yang bekerjasama dengan Crapco Indonesia.
Baca Juga: BMKG Bandung Pastikan Angin Kencang di Jatinangor dan Rancaekek Bukan Tornado tapi Puting Beliung
"Kegiatan ini merupakan Program Pengabdian Masyarakat SBM ITB. Pada kegiatan ini kami mengedukasi puluhan warga ini mengenai bahaya yang ditimbulkan jika sampah dibakar, ada juga pemilahan sampah yang nantinya dapat ditukar dengan beberapa kebutuhan pokok," terang Ketua Program Pengabdian Masyarakat yang juga dosen SBM ITB, Dr. Sri Hartati MSi, yang dikutip dari siaran pers SBM ITB, Minggu (23/6/2024).
"Salah satu edukasinya kami minta mereka untuk langsung mencoba mempraktikkan bagaimana memilah sampah yang sudah disiapkan, ada organik, anorganik dan B3," ungkapnya.
"Kita buat fun ya, jadi semacam games gitu, yang berhasil dan benar memilah sampah dapat poin yang bisa ditukar dengan sembako," imbuhnya.
Lebih lanjut Dr. Sri memaparkan, bahwa Program Pengabdian Masyarakat terlaksana karena kondisi sampah di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang, yang menumpuk dan belum terkelola dengan baik.
"Infonya sampah-sampah tersebut akhirnya dibakar, atau sampahnya dibiarkan atau dikirim ke TPA Cibereum yang kapasitasnya sudah sangat tipis," papar Dr. Sri.
Diketahui, pelatihan pemilahan sampah juga diberikan kepada Kader PKK dan Kader Posyandu yang diadakan di Kantor Desa Sayang, dan dihadiri oleh Camat Jatinangor, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sumedang, Pembina Crapco Indonesia, dan tim dosen SBM ITB.
Dalam kegiatan tersebut, peserta pelatihan diberikan materi tentang peran komunitas dalam pengelolaan sampah, ekonomi sampah, dan pengenalan inovasi Crapco Indonesia.
Sedangkan Founder Crapco Indonesia Muhammad Hafizh ikut menjelaslan, bahwa tiap jenis sampah dapat menjadi produk yang bermanfaat.
Sampah organik dapat diolah menjadi pakan maggot, sementara sampah anorganik didaur ulang menjadi produk jadi seperti kerajinan atau batu bata.
“Crapco Indonesia juga menawarkan nilai ekonomi berupa kesempatan belanja barang sehari-hari dengan harga lebih murah dalam aplikasi Crapco bagi warga yang memilah sampahnya,” kata Hafizh,
Diinformasikan, selama bulan Juni hingga Oktober 2024, tim dosen SBM ITB akan terus mendampingi dan mengevaluasi para warga serta Kader PKK dan Kader Posyandu Desa Sayang, dalam mengelola sampah rumah tangga.
Target program adalah membentuk komunitas yang dapat mengelola sampah rumah tangga secara mandiri.