Jakarta,Sonora.Id—Peningkatan literasi masyarakat membutuhkan peran berbagai pihak, terutama perpustakaan. Isu kecakapan literasi menghadapi berbagai persoalan yang sudah lama menjadi sorotan.
Hal ini disampaikan Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz dalam Pertemuan Pemangku Kepentingan Tingkat Nasional Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dan Bahan Bacaan Bermutu Tahun 2024 dengan tema "Bergerak Bersama untuk Akselerasi Penguatan Literasi Masyarakat" yang diselenggarakan secara hibrida, pada Kamis (25/7/2024).
Dia menyatakan ada tiga persoalan dalam kecakapan literasi. Pertama, ketersediaan bahan bacaan yang belum sesuai dengan minat baca calon pembaca. Kedua, belum terarahnya program dan aktivitas tanpa implementasi yang jelas. Menurutnya, program harus dikawal sejak awal sampai akhir dan dievaluasi secara terus-menerus.
“Tidak perlu banyak program, sedikit program saja yang memang betul-betul menjadi fokus utama memberikan dampak yang luas,” tegasnya.
Ketiga, mencakup kurangnya ketersediaan sumber daya manusia (SDM). Untuk itu, kerjasama dengan berbagai pihak menjadi keharusan. “Ada para mitra di sekeliling kami. Kami ajak bersama, colek mereka, ayo bareng-bareng. Makanya saya katakan, program ini adalah program bersama yang harus dikerjakan secara bersama-sama, bukan program personal,” tambahnya.
Hasil kerjasama dengan pihak lain dalam meningkatkan kecakapan literasi, ujarnya, dilakukan Perpusnas dengan melakukan penguatan kepada 10 ribu perpustakaan desa/kelurahan dan Taman Baca Masyarakat (TBM). Sebanyak 10 juta buku bacaan bermutu beserta raknya diberikan kepada perpustakaan dan TBM untuk meningkatkan kegemaran membaca anak.
Dia berharap jumlah perpustakaan dan TBM yang mendapat bantuan dapat ditingkatkan pada 2025. “Semoga bertambah jumlahnya menjadi 20 ribu lokus baca di tahun 2025,” tuturnya. Dia menjelaskan, program bantuan ini merupakan dukungan dari Kementerian Desa dan PDTT, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, serta mitra lainnya.
Tahun ini, program TPBIS menyasar 600 perpustakaan desa/kelurahan. Jumlah ini ditingkatkan dari target sasaran awal sebesar 300. Perpustakaan tersebut merupakan bagian dari program penguatan 10 ribu perpustakaan desa/kelurahan/TBM.
Menurutnya, penambahan target sasaran ini memengaruhi jumlah perpustakaan daerah yang mereplikasi mandiri program TPBIS. "Ini adalah angka yang menunjukkan pencapaian di satu sisi, tapi di sisi lain adalah tantangan. Bagaimana kami memelihara program ini? Jangan sampai TPBIS itu adalah program yang diluncurkan tapi kemudian tidak berlanjut akibat rendahnya dukungan dari pemerintah daerah,” tuturnya.
Dia mengajak mitra kerja untuk mengawal program TPBIS dari persiapan, proses, dan akhir. Program ini juga akan dikolaborasikan di tingkat persekolahan. “Karena apa? sasaran terbesar kami adalah masyarakat di persekolahan,” lugasnya.
Program TPBIS diluncurkan pada 2018. Sejak diluncurkan hingga 2023, program TPBIS telah dijangkau oleh 34 perpustakaan provinsi, 296 perpustakaan kabupaten/kota, 1.796 perpustakaan desa/kelurahan. Pada tahun ini, program TPBIS menghadirkan bahan bacaan bermutu dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penguatan kecakapan literasi.