Find Us On Social Media :
Kunjungan Pengurus Pusat (PP) bersama Pengurus Wilayah (PW) Muslimat Nahdlatul Ulama dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI). ()

Kolaborasi YAICI dan PP Muslimat NU Gencarkan Edukasi Gizi untuk Keluarga

Wilhelmus Triputra - Minggu, 4 Agustus 2024 | 11:52 WIB

Pontianak, Sonora.ID – Sebanyak tiga dari lima keluarga dengan anak yang
mengalami stunting di Kecamatan Pontianak Barat diketahui mengonsumsi susu kental manis sebagai pengganti susu biasa.

Temuan ini muncul dari kunjungan yang dilakukan oleh Pengurus Pusat (PP) bersama Pengurus Wilayah (PW) Muslimat Nahdlatul Ulama dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Jumat (2/8/2024).

Kunjungan ini merupakan bagian dari program kolaborasi antara YAICI dan PP Muslimat NU untuk mengevaluasi kebiasaan konsumsi keluarga dengan anak yang terindikasi stunting atau mengalami gizi buruk.

Selain menggali informasi, kegiatan ini juga mencakup edukasi langsung kepada orang tua mengenai pentingnya pemenuhan gizi yang tepat untuk anak-anak mereka.

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menyatakan bahwa temuan dari kunjungan ini diharapkan dapat memberikan masukan berharga kepada pemerintah dan pemangku kepentingan terkait, sehingga penanganan stunting di masyarakat dapat
dilakukan dengan lebih efektif.

“Kami mengunjungi lima keluarga yang memiliki anak stunting di kecamatan Pontianak Barat untuk mencari tahu penyebabnya. Di antara yang dapat disampaikan adalah usia ibu saat menikah dini, di antara 16 – 18 tahun, jumlah anak lebih dari 5 dengan rentang usia pendek, serta kebiasaan konsumsi makanan minuman tinggi gula, seperti kental manis yang dijadikan sebagai susu untuk anak. Ibu masih beranggapan bahwa kental manis adalah susu,” jelas Arif Hidayat.

Kekeliruan dalam pemberian susu tersebut pada umumnya terjadi karena kebiasaan keluarga yang mengkonsumsi kental manis secara rutin.

“Ada yang karena suami biasa minum kopi susu pakai kental manis, akhirnya anak ikutan konsumsi kental manis sebagai susu. Ada juga karena terpengaruh anak yang lebih besar konsumsi yang manis-manis, akhirnya anak yang lebih kecil juga terbiasa konsumsi,” beber Arif.

Selain persoalan kental manis, temuan lain yang juga menjadi perhatian adalah satu rumah yang ditempati oleh lebih dari satu keluarga dengan jumlah anak yang banyak.

Baca Juga: Pj Bupati Kubu Raya Beri Penghargaan Kepada 3 Desa Zero Stunting