Loa Tebu, Sonora.ID - Di desa Batu Dinding, Kelurahan Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, malam tak lagi gelap seperti dahulu.
Di sini, di sudut pedalaman Kutai Kartanegara, lampu tembok yang dulu menjadi satu-satunya andalan untuk mengusir gelap, kini hanya menjadi kenangan.
Puluhan tahun berlalu, masyarakat desa ini terbiasa hidup dengan minimnya fasilitas, khususnya penerangan.
Namun, seiring waktu, harapan mereka untuk merasakan kemudahan hidup seperti di tempat lain akhirnya terjawab melalui Program Terang Kampongku, sebuah inisiatif yang menjadi bagian dari 23 Program Kukar Idaman di bawah kepemimpinan Bupati Edi Damansyah.
Baca Juga: Akomodasi Perkembangan Kebutuhan Listrik, PLN Dukung Kebijakan Pemerintah Lebarkan Golongan Tarif
Dalam sebuah momen yang akan selalu diingat oleh warga Batu Dinding, seorang ibu dengan wajah penuh rasa syukur menyerahkan lampu temboknya kepada Bupati Edi Damansyah.
Ia tak bisa menyembunyikan perasaan gembira dan lega setelah bertahun-tahun hidup di bawah penerangan yang minim, kini listrik telah mengalir di rumahnya.
Dengan senyum yang terpancar di wajahnya, ibu tersebut, bersama warga lainnya, melontarkan candaan bahwa lampu tembok itu tak lagi mereka perlukan.
Kehadiran listrik di desa mereka telah menggantikan sumber penerangan yang selama ini menjadi andalan mereka.
Bupati Edi, yang menerima lampu tembok dengan penuh penghargaan, mengingatkan warga akan pentingnya menjaga sejarah.
"Lampu tembok ini memiliki sejarah. Dahulu, sebelum ada listrik di Batu Dinding, warga mengandalkan lampu tembok ini. Namun, meski sekarang sudah ada listrik, jangan sampai lampu ini dibuang begitu saja," ucapnya dengan nada yang menggabungkan nostalgia dan optimisme.
Ia melanjutkan dengan memastikan bahwa Program Terang Kampongku akan terus diperluas, tidak hanya untuk Batu Dinding, tetapi juga untuk desa-desa lain yang masih belum tersentuh listrik.
Suasana haru pun menyelimuti mereka yang menghadiri momen bahagia tersebut. Seorang ibu-ibu lain, dengan nada bahagianya, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Bupati Edi Damansyah.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pak Bupati atas usahanya membangun Batu Dinding, dengan menghadirkan listrik yang tadinya tidak ada. Sejak tahun 2020, kami sudah merasakan manfaatnya. Terima kasih, Pak Edi," ujarnya dengan penuh syukur.
Ucapan itu mewakili perasaan seluruh warga desa, yang akhirnya dapat menikmati terang setelah sekian lama hidup dalam keterbatasan.
Program Terang Kampongku bukanlah sekadar proyek biasa.
Ini adalah bagian dari misi besar Bupati Edi Damansyah untuk memastikan bahwa setiap sudut Kutai Kartanegara, termasuk yang paling terpencil sekalipun, dapat menikmati listrik sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat.
Program ini mulai digagas pada awal masa jabatan Edi Damansyah ketika ditemukan ada 17 desa di wilayahnya yang belum mendapatkan akses listrik selama 24 jam.
Baca Juga: Ada Jaringan Listrik, Jangan Asal Pasang Dekorasi atau Pernak-pernik saat Ramaikan HUT RI
Dengan penuh dedikasi, Bupati Edi dan timnya merancang program yang tidak hanya memasang listrik, tetapi juga memberdayakan masyarakat melalui pengelolaan energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kutai Kartanegara, Arianto, menjelaskan bahwa program ini telah membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat desa-desa yang terpinggirkan.
"Dari luasnya wilayah Kukar, awalnya ada 17 titik yang belum memiliki listrik 24 jam. Kondisinya sangat sulit, tetapi kami berhasil mengatasi sebagian besar masalah tersebut," ujar Arianto.
Dia menambahkan bahwa program ini tidak hanya menyediakan listrik, tetapi juga memperkuat kemandirian desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memelihara fasilitas listrik yang ada.
Namun, perjalanan menuju terang tidak selalu mulus.
Tantangan utama yang dihadapi adalah aksesibilitas dan logistik.
Banyak desa yang terisolasi oleh kondisi geografis yang sulit dijangkau, membuat pengiriman material listrik menjadi sangat menantang.
Sebelum jembatan di Desa Teluk Bingkai dibangun oleh Dinas PU Kukar, misalnya, mobil pengangkut material tidak dapat mencapai desa-desa tersebut.
Namun, berkat upaya keras dan koordinasi yang baik, kendala ini berhasil diatasi, dan listrik pun akhirnya mengalir ke desa-desa yang selama ini terpinggirkan.
Program Terang Kampongku adalah bukti nyata dari komitmen Edi Damansyah untuk memenuhi mandat undang-undang bahwa kebutuhan dasar masyarakat harus terpenuhi.
Bupati Edi tidak hanya membawa terang secara harfiah, tetapi juga membawa harapan baru dan masa depan yang lebih cerah bagi masyarakat yang selama ini berada di pinggiran pembangunan.
Dengan kehadiran listrik, desa-desa yang dulu seolah terlupakan kini bangkit kembali, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan pembangunan di Kutai Kartanegara.
Di Batu Dinding, malam kini tidak lagi diselimuti kegelapan. Setiap rumah kini diterangi oleh listrik, membuka jalan bagi kehidupan yang lebih baik.
Dan lampu tembok yang dulu menjadi saksi perjuangan warga untuk mendapatkan cahaya, kini menjadi simbol sejarah yang tak akan pernah dilupakan—sebuah pengingat bahwa kegelapan tak pernah abadi, selama ada usaha dan komitmen untuk membawa terang ke dalam kehidupan.