Find Us On Social Media :
Ilustrasi Tabung LPG 3Kg (Dok. Diskominfo Bandung)

Ekstraksi LPG Dimungkinkan di Indonesia untuk Tekan Laju Impor

Jumar Sudiyana - Minggu, 25 Agustus 2024 | 16:32 WIB

Jakarta,Sonora.Id - Keinginan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia untuk menekan angka impor LPG (Liquefied Petroleum Gas) sangat menarik.

Bahlil beralasan, pengembangan hilirisasi LPG untuk bisa menekan laju angka impor gas minyak cair itu, menjadi salah satu pekerjaan rumah yang diamanahkan oleh Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto.

Menyikapi hal tersebut, Ketua dan Founder Energy Institute for Transition (EITS) Godang Sitompul meminta Bahlil untuk mencermati terlebih dulu data konsumsi LPG di Indonesia plus nilai impornya.

“Data menunjukkan bahwa konsumsi LPG di Indonesia sudah melebihi 8 juta ton per tahun. Pada tahun 2023, realisasi konsumsi LPG bersubsidi mencapai sekitar 8,07 juta ton dan kuota untuk tahun 2024 diproyeksikan mencapai 8,12 juta ton.Dari nilai tersebut, sebanyak 6,95 juta ton atau lebih dari 85% diperoleh dari sumber impor. Jika dihitung dengan harga LPG 580 USD/ton dengan kurs Rp.16.000 per USD, maka nilai impor LPG mencapai Rp. 64 Trilyun,” kata Godang dalam keterangan tertulis kepada media,Minggu (25/08/2024), di Jakarta.

Itu sebabnya, lanjut Godang, gas alam (natural gas) bisa diekstraksi menjadi LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG terutama terdiri dari propana dan butana, yang merupakan komponen-komponen hidrokarbon dalam gas alam.

“Hilirisasi lapangan-lapangan (terindikasi mengandung LPG) agar segera melakukan Upaya-upaya proses produksi LPG, seperti yang ditemukan di Wilayah Kerja North Ganal sumur Geng North-1 bisa diolah menjadi LPG di Kilang Gas Bontang Badak NGL, Kalimantan Timur,” jelas Godang.

Dia menambahkan, beberapa lapangan migas di Indonesia memang memiliki potensi untuk menghasilkan LPG sebagai produk sampingan dari eksploitasi gas alam. Berdasarkan informasi yang ada, terdapat 17 lapangan migas di Indonesia yang memiliki indikasi kandungan LPG dengan total kapasitas sekitar 1,2 juta ton per tahun.

Lapangan-lapangan tersebut biasanya mengandung gas alam yang dapat diekstraksi menjadi propana dan butana, komponen utama LPG. Pengembangan lebih lanjut terhadap lapangan ini penting untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor LPG, terutama karena kebutuhan domestik terus meningkat

“SKK Migas perlu mendata lapangan-lapangan itu dan bekerja sama dengan Ditjen Migas untuk menawarkan kepada investor potensi membangun kilang LPG dengan mengekstraksi gas alam menjadi LPG,” pungkasnya.