“Latgab Sibat adalah ajang untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan inovasi-inovasi program-program berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PMI. PMI DIY mengirimkan 38 orang untuk mengikuti kegiatan terdiri dari PMI Kota Yogyakarta sejumlah 9 orang, PMI Kabupaten Sleman sejumlah 10 orang, PMI Kabupaten Kulon Progo sejumlah 5 orang, PMI Kabupaten Gunungkidul 2 orang, dan PMI DIY sejumlah 7 orang”, tutur GBPH. H. Prabukusumo, S.Psi, Ketua PMI DIY saat menghadiri Pembukaan Latgab oleh Ketua Umum PMI, Selasa (24/9/2024)
Selain mendukung implementasi strategi adaptasi perubahan iklim PMI dalam mendorong program penghijauan dan pelestarian lingkungan hidup, tujuan dari latgab ini adalah membangun pusat unggulan program dan layanan PMI terkait dengan pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim, serta membangun jejaring koalisi dan advokasi untuk menuju masyarakat tangguh bencana.
Menurut Gusti Prabu, PMI Kabupaten dan Kota yang mengikuti kegiatan latgab masing-masing memiliki keunggulan dalam program-program yang dikembangkan. Sibat PMI Kota Yogyakarta mengembangkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan kosong atau pekarangan rumah di perkotaan.
Berbagai kegiatan dalam latgab di antaranya pertolongan pertama, aksi antisipasi berbasis prakiraan, latgab instalasi pengolahan air minum berbasis rumah tangga secara mandi, _water rescue_, survailans berbasis masyarakat, membangun keluarga KUAT, bantuan non-tunai, _vulnerability and capacity assessment_, _early warning system_ banjir dan longsor, manajemen ambulans, pengolahan air bersih, masyarakat aman tangguh bencana (MANTAB), advokasi dan diplomasi, manajemen pengadaan, dapur umum, _water, sanitation, and hygiene_ (WASH), hunian dan darurat dan pergudangan, integrasi pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan desa, _citizen journalisme,_ penanganan kebakaran hutan dan lahan, manajemen jenazah, _retrofitting_, penanaman pohon, dan juga simulasi.
Sementara itu, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI DIY, Dr. Arif Rianto Budinugroho, S.T., M.Si menyampaikan bahwa program-program berbasis masyarakat di PMI DIY sudah sejak pascagempa bumi tahun 2006 yang dihelat oleh Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah melalui program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat di 5 PMI Kabupaten dan Kota.
“Program-program berbasis masyarakat sudah diinisasi sejak 2006 di antaranya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat, _community based health and first aid_, sekolah siaga bencana dilanjutkan dengan penguatan kapasitas masyarakat untuk penanganan Covid-19 dan program kesiapsiagaan bencana, pertolongan pertama, dan Covid-19 pada komunitas dan siswa sekolah”, ungkap Arif Rianto.
Arif Rianto mengapresiasi semangat Sibat untuk berbagai kisah sukses di daerahnya bersama dengan Sibat-Sibat seluruh Indonesia.
“Semoga bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat sesuai dengan tema sinergitas dalam Membangun Ketangguhan Iklim. Saya berharap program-program berbasis masyarakat tetap dikembangkan menuju organisasi yang profesional, berintegritas, dan bergerak bersama masyarakat sesuai amanah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan. Dan tetap berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dan kesamaan sebagai inspirasi untuk menjangkau lebih banyak orang lain yang membutuhkan dengan meringankan penderitaan secara proporsional yang paling membutuhkan dengan tetap menjunjung harkat dan martabat serta bekerja secara profesional. Prinsip kenetralan dan kemandirian dilakukan untuk menjamin kepercayaan masyarakat bahwa bantuan kemanusiaan tidak untuk mendukung agenda politik suatu kelompok. Bekerja secara otonomi dengan norma dan prinsip yang dipegang teguh. Selanjutnya prinsip kesukarelaan, kesatuan, kesemestaan adalah pondasi dibangunnya organisasi dalam menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang lain”, pungkas Arif Rianto.