Bandung, Sonora.ID - Kebutuhan akan tempat pengolahan sampah terpadu semakin mendesak seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan urbanisasi.
Setiap harinya, sampah yang dihasilkan terus bertambah, dan tanpa pengelolaan yang baik, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, mengancam kesehatan masyarakat, serta memperburuk krisis iklim.
Tempat pengolahan sampah terpadu berfungsi untuk mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA) dengan memisahkan sampah organik dan non-organik, mendaur ulang, serta mengolah limbah menjadi energi.
Selain itu, fasilitas ini mendukung sistem ekonomi sirkular, di mana sampah diolah kembali menjadi bahan yang bermanfaat, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Terkait hal tersebut dan sudah menjadi bagian dari Program Citarum Harum, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kecamatan Gedebage.
Disebutkan dalam siaran pers Diskominfo Bandung, TPST ini direncanakan berdiri di lahan seluas 1,7 hektar dan mampu mengolah 390 ton sampah per hari dengan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF), yang akan membantu mengatasi permasalahan sampah di Kota Bandung.
Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara mengatakan, TPST ini akan menjadi solusi yang sangat diperlukan, mengingat Kota Bandung sempat mengalami kedaruratan pengelolaan sampah.
"Kalau TPST sekarang itu karena sifatnya masih sementara, kemarin memang situasinya kedaruratan. Namun, program utama yang akan dibangun oleh Kementerian PUPR ini merupakan langkah yang lebih terintegrasi. Dengan cara ini, kita bisa menyelesaikan banyak persoalan sampah," ucap Koswara saat meninjau lokasi yang akan dibangun TPST di Kecamatan Gedebage, Selasa (1/10/2024).
Koswara menjelaskan, TPST ini nantinya akan memanfaatkan teknologi RDF untuk mengolah sampah.
"November atau Desember ini sudah mulai konstruksi, dan diharapkan selesai maksimal di akhir tahun depan. Nantinya, TPST ini bisa mengolah sampai 390 ton sampah per hari melalui teknologi RDF," jelasnya.
Koswara juga menekankan pentingnya mencari teknologi yang dapat memberikan nilai lebih dari sampah, lebih dari sekadar RDF.
"Kita ingin pola investasi yang lebih baik dan mengurangi biaya seperti tipping fee. Jika kita bisa mendapatkan hasil yang lebih tinggi, maka tipping fee bisa dihilangkan. Itulah yang sedang kita cari, skema yang kuat, serta jaminan pembeli untuk produk hasil olahan sampah," tegas Koswara.
Sedangkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudi Prayudi, menambahkan, saat ini pembangunan TPST sedang dalam tahap proses lelang, dengan rencana konstruksi dimulai pada November atau Desember 2024 dan diharapkan selesai pada Desember 2025.
"Setelah selesai, TPST ini bisa mengolah 390 ton sampah per hari menggunakan teknologi RDF, yang jauh lebih besar skalanya dibandingkan fasilitas yang ada sekarang," ungkapnya.
"Selain itu, sanggar maggot yang ada di TPST sementara Gedebage saat ini sudah beroperasi dengan kapasitas 20 ton sampah per hari," imbuhnya.
Dudi mengundang masyarakat yang membutuhkan kompos untuk datang ke fasilitas TPST sementara di Gedebage, yang sudah memproduksi kompos dalam jumlah besar.
Dudi berharap TPST Gedebage ini, akan semakin mampu menangani permasalahan sampah di Kota Bandung dengan lebih efisien dan ramah lingkungan.