Find Us On Social Media :
Harga jual komoditas pertanian di Boyolali mengalami penurunan drastis, mengakibatkan penderitaan bagi para petani (TribunSolo.com)

Anjloknya Harga Komoditas Boyolali, Cabai Hingga Terong Terpuruk

Ria FM Solo - Rabu, 9 Oktober 2024 | 11:28 WIB

Boyolali, Sonora.ID - Harga jual komoditas pertanian di Boyolali mengalami penurunan drastis, mengakibatkan penderitaan bagi para petani.

Hampir semua jenis sayuran seperti cabai, tomat, kobis, wortel, hingga terong mengalami penurunan harga yang signifikan. Kondisi ini membuat para petani kesulitan dalam memenuhi biaya produksi dan kehidupan sehari-hari. Mereka tetap memanen hasil pertanian, meskipun tidak merawat tanaman seperti saat harga normal.

Para petani di Boyolali menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya. Salah satu petani, Mujianto, menyebut bahwa harga cabai merah keriting yang biasanya dijual lebih dari Rp 25.000 per kilogram kini hanya berkisar antara Rp 9.000 hingga Rp 10.000.

Begitu pula dengan sayuran lain seperti tomat, yang mengalami penurunan harga lebih parah, hanya Rp 500 per kilogram untuk jenis biasa, sedangkan untuk tomat super hanya Rp 1.500 per kilogram.

Petani lain, Mukson, mengeluhkan harga terong yang juga turun drastis, berkisar antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram, dan bahkan sulit untuk dijual.

Baca Juga: Kecelakaan di Jalan Klaten-Boyolali, Pemotor Alami Luka Serius

Fenomena penurunan harga komoditas ini terjadi pada tahun 2024, bertepatan dengan masa politik yang intens di Indonesia. Para petani mencatat bahwa tren harga anjlok seperti ini sering terjadi pada tahun politik, meskipun belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan keterkaitannya.

Kejadian ini terjadi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil sayuran di Indonesia. Kondisi harga yang jatuh ini meliputi hampir semua komoditas sayuran di daerah tersebut.

Para petani seperti Mujianto berpendapat bahwa penurunan harga ini sering kali terjadi pada masa-masa politik, meski mereka tidak mengetahui secara pasti alasan di balik fenomena tersebut.

Beberapa petani menyebutkan bahwa ini adalah pola yang mereka amati dari tahun ke tahun. Meski demikian, tidak ada penjelasan pasti atau penelitian yang mendukung hubungan antara harga sayuran dan situasi politik.

"Kalau saya amati, harga anjlok itu kerap terjadi di tahun politik. Ga tau ya karena apa. Tapi kalau pas tahun politik pasti kayak gini, harga anjlok," pungkasnya

Akibat penurunan harga yang tajam, petani di Boyolali tetap memanen hasil pertaniannya, namun mereka tidak merawat tanaman dengan baik seperti saat harga normal. Mereka mengurangi biaya perawatan karena merasa tidak ada keuntungan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.

Situasi ini semakin memperburuk kondisi ekonomi petani, yang sudah harus berhadapan dengan biaya produksi tinggi dan serangan hama tanaman. Meski mereka terus bertahan, masa depan pertanian di Boyolali tampak semakin suram jika harga terus anjlok.


Penulis: Fransiska Dinda