Find Us On Social Media :
Sosialisasi program kolaborasi International Talent Circulation (Intact) Base Taiwan-Indonesia di Kampus Patria Artha (Dok Sonora.id)

24 Kampus di Taiwan Siap Terima Mahasiswa Teknik UPA, Ini Syaratnya

Dian Mega Safitri - Minggu, 13 Oktober 2024 | 16:30 WIB

Makassar, Sonora.ID - Kabar gembira bagi para mahasiswa Sulawesi Selatan khususnya yang berkuliah di Universitas Patria Artha, mereka berkesempatan berkuliah di Taiwan. Ini lantaran International Talent Circulation (Intact) Base Taiwan-Indonesia berkolaborasi dengan Univeristas Patria Artha (UPA) Makassar dalam program pendidikan. Nantinya, mahasiswa UPA dapat berkuliah selama dua tahun di salah satu dari 24 kampus di Taiwan yang ditawarkan dalam kerjasama ini.

Direktur Intact Base Taiwan-Indonesia, Andre So menyampaikan, program ini berlaku bagi mahasiswa semester empat atau yang telah menjalani masa kuliah 2 tahun di UPA Makassar. Selanjutnya mereka akan dikirim ke Universitas yang ada di Taiwan untuk menyelesaikan pendidikannya selama 2 tahun.

"Bulan Maret kita MoU dengan 24 kampus di Taiwan, program kolaborasi. Jadi mahasiwa UPA bisa pergi ke Taiwan kuliah, 2 tahun di UPA, 2 tahun di Taiwan," ucap Andre So saat sosialisasi di Kampus UPA Makassar, Jl Tun Abdul Razak, belum lama ini.

Andre So menyebutkan, program ini dikhususkan bagi mahasiwa jurusan teknik atau ilmu vokasi mengingat kebutuhan SDM di Taiwan sangat besar. Syarat lainnya kata Andre, mahasiwa harus memiliki skor TOEFL 470. Ada banyak keuntungan yang didapatkan mahasiwa dengan mengikuti program ini. Tak hanya bisa kuliah empat semeter di Taiwan, mahasiswa juga akan mendapat biaya hidup Rp5 juta per bulan, dan akan mendapat dua ijazah sekaligus setelah mereka lulus, ijazah dari UPA dan kampus di Taiwan.

Program ini juga tidak memungut biaya sepeserpun, mahasiwa hanya membayar uang kuliah setiap semester di UPA. "Ini beasiswa tapi bersyarat, bukan untuk umum tapi program kolaborasi," jelasnya. Di sisi lain, bagi mahasiswa semester 7 atau 8 yang ingin mengikuti program ini, mereka bisa mempersiapkan diri untuk ikut pendidikan lanjutan, magister (S2) atau S1 dengan jurusan yang berbeda dengan sebelumnya.

Baca Juga: ICATI Kembali Menggelar Pameran Pendidikan Tinggi “2024 Taiwan Higher Education Fair Indonesia (THEFI)

Bahkan, mahasiswa diberi kebebasan untuk bekerja paruh waktu selama menjalani pendidikan di Taiwan. "Mereka punya batasan bekerja hanya empat jam dalam sehari. Dimana setiap jamnya mereka bisa dibayar Rp100 ribu. Yang paling penting, setelah lulus, mereka sudah bisa langsung terserap di dunia kerja," ungkapnya.

Sementara itu, Rektor UPA Makassar, Bastian Lubis menyampaikan, kampus akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Selain bahasa Inggris, mahasiswa juga diharapkan bisa menguasai bahasa Mandarin agar mudah beradaptasi.

"Kami cuma menyiapkan dia bisa bahasa Mandarin dan Inggris supaya tidak kesulitan. Kalau Taiwan minimal dua bahasa, selain kuliah di luar negeri, pengalaman kerja juga mereka bisa dapat," kata Bastian. Kata Bastian, Taiwan memang membutuhkan tenaga terampil. Indonesia punya banyak sumber daya, hanya saja kemauan mereka perlu ditingkatkan

"Memang jiwa juang anak-anak kita harus dinaikkan, biasa kadang malas saja, kalau mau berangkat semua tidak apa-apa, ini kampus sebenarnya menjembatani untuk cita-cita anak bisa berhasil kedepan," tutupnya.