Find Us On Social Media :
Pokdakan PPU saat mengunjungi kolam Budidaya Nila Salin di Bantul DIY. (Ist)

Tingkatkan SDM, Dinas Perikanan PPU Bawa Pokdakan ke Yogyakarta

Etty Hariyani - Senin, 14 Oktober 2024 | 15:10 WIB

Penajam, Sonora.ID - Selama 4 hari, Kelompok Pembudidaya Ikan – Pokdakan asal Kabupaten Penajam Paser Utara – PPU mengikuti Bimbingan Tehnis (Bimtek) Budidaya Nila Salin di Yogyakarta. 

Setelah mendapatkan teori dan pemaparan dari narasumber, pada Kamis 10 Oktober 2024, 30 peserta Bimtek berkunjung ke kolam budidaya Nila Salin di kawasan Bantul – DIY.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budidaya dan Lingkungan Diskan Kabupaten PPU - Musakkar, bersama Kepala Diskan Kabupaten PPU - Rozihan Azward yang turut mendampingi para peserta bimtek mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendampingan dari Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY.

Musakkar mengatakan kunjungan langsung ke lapangan dapat memberikan gambaran mengenai budidaya Ikan Nila Salin (Nilasa) secara gamblang.

Sehingga para pembudidaya dari tujuh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) asal Benuo Taka dapat memahami materi yang telah disampaikan dalam sesi sebelumnya.

Baca Juga: Dinas Perikanan PPU Ajak Pokdakan Bimtek ke Yogyakarta

Adapun yang disampaikan terkait dengan budidaya nilasa pada berbagai media. Ada yang dikembangkan pada kolam beton dan bioflok, yakni metode terpal bulat. 

Adapun isu strategis di bidang perikanan budidaya, khususnya nilasa, terkait dengan efisiensi biaya pakan, kemudian terkait dengan cara memastikan kualitas air pada kolam yang digunakan.

Selain itu, budidaya pada kolam bioflok juga menjadi solusi bagi daerah yang ketersediaan area budidaya semakin berkurang akibat alih fungsi lahan. Keberadaan budidaya dengan metode bioflok juga bermanfaat untuk menjaga mutu kualitas benih.

Musakkar menerangkan, penerapan metode bioflok dengan memanfaatkan kolam terpal bulat cukup menantang. Karena segala sesuatunya harus dilakukan secara terukur dan perlu dikontrol, karena perlu oksigen, sehingga sangat dibutuhkan aliran listrik yang stabil. 

Selain oksigen, metode bioflok turut mengandalkan atau memanfaatkan keberadaan mikro organisme yang menjadi pakan alami dalam kolam. Sehingga apat menekan jumlah pakan yang mestinya lebih banyak jika nilasa dipelihara pada kolam beton atau tambak alami.

Dalam kesempatan itu, puluhan pembudidaya asal Benuo Taka diajak mengelilingi lokasi pembudidayaan nilasa.

Ada beberapa tambak yang memang sudah menghasilkan komoditas nilasa secara sukses.

Dalam kesempatan itu, Musakkar menerangkan bahwa peserta bimtek tampak antusias membudidayakan nilasa dengan sistem bioflok.

Sebab masa produksi nilasa, mulai dari bibit hingga panen hanya memerlukan waktu yang cukup singkat, yakni sekitar tiga sampai empat bulan. (Adv)