Find Us On Social Media :
Ahli Endokrin Anak Ungkap Pitfalls pada Diagnosis Perawakan Pendek ()

Ahli Endokrin Anak Ungkap Pitfalls pada Diagnosis Perawakan Pendek

Saortua Marbun - Senin, 4 November 2024 | 16:00 WIB
Sonora.ID - Dokter Ahli Endokrin Anak dan peneliti pertumbuhan anak Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.) mengatakan semua anak dengan stunting memiliki perawakan pendek, namun  tidak semua anak pendek menderita stunting.
 
Hal ini menjadi salah satu kesalahan atau pitfall  yang umum dalam diagnosis yang dapat berakibat pada penanganan yang tidak tepat bagi anakanak dengan perawakan pendek. 
 
Hal ini diungkapkan  Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.), dalam bukunya yang berjudul "Pitfalls pada Diagnosis Perawakan Pendek".
 
Bedah buku ini diselenggarakan Yayasan Kesehatan Anak Global (YKAG) bersama Kelompok Kerja Komunikasi Risiko  dan Pelibatan Masyarakat untuk Program Kesehatan Prioritas (Pokja RCCE+). 
 
 
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), mengungkapkan beberapa poin penting dari Buku “Pitfalls pada Diagnosis Perawakan Pendek”.
 
Pertama, pertumbuhan anak adalah indikator utama kesehatan dan status gizi mereka, dan  penurunan pertumbuhan bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Prof. Aman menegaskan penting  untuk memantau pertumbuhan anak secara berkala.
 
Kedua, gangguan pertumbuhan bisa terjadi akibat ketidakseimbangan hormon atau faktor  genetik, yang harus dievaluasi dengan metode yang tepat.
 
Ketiga, Prof. Aman juga mengungkapkan pentingnya penggunaan alat bantu kurva pertumbuhan yang sesuai dalam memantau  pertumbuhan anak, serta pemahaman bahwa tidak semua anak pendek mengalami  stunting. 
 
Dalam buku ini, Prof. Aman juga mengatakan masalah pertumbuhan anak bukan hanya masalah gizi. Perlu pendekatan komprehensif  dalam evaluasi masalah pertumbuhan anak yang melibatkan pemeriksaan riwayat  keluarga, hormon, hingga kromosom, serta mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi,  dan emosional. 
 
"Untuk memastikan anak tumbuh optimal, perlu kolaborasi antara sektor kesehatan,  pendidikan, dan sosial," tambahnya. 
 
Acara Bedah buku turut dihadiri para praktisi kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit, akademisi,  pemangku kebijakan, lembaga swadaya masyarakat, serta media. Kegiatan bedah buku ini bertujuan untuk memberi ruang belajar dan diskusi antara penulis dan  praktisi kesehatan, khususnya yang bekerja pada program penanganan stunting. 
 
Dalam kesempatan ini, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan apresiasi dan  harapannya atas terbitnya buku ini. 
 
 
“Saya berharap akan semakin banyak tenaga kesehatan  seperti Prof. Aman yang mampu menuangkan ilmu dan pemikirannya dalam bentuk buku  sehingga memberikan pencerahan bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat dan membuat  kesehatan rakyat Indonesia menjadi lebih baik”, tambahnya 
 
Sementara itu, Prof. dr. Badriul Hegar Syarif, PhD, SpA(K), Ketua Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia  (IDAI), dalam sambutannya ikut menyampaikan harapannya dalam terbitnya buku ini. 
 
"Pertumbuhan  anak bukan hanya masalah tinggi badan, tetapi juga cerminan dari kesehatan dan status gizi  yang baik. Harapan saya buku ini dapat memberi panduan praktis bagi tenaga kesehatan untuk  mengatasi berbagai tantangan dalam mendiagnosis dan menata laksana stunting." ujarnya 
 
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), selaku penulis buku, menekankan beberapa poin  penting dalam buku yang ia tulis ini. Menurutnya, buku ini hadir dari pengalaman saya selama hampir tiga  dekade sebagai dokter ahli endokrin dan peneliti pertumbuhan anak. 
 
"Dalam praktik sehari-hari,  saya sering menemui berbagai kesalahan umum dalam diagnosis anak dengan perawakan pendek," lanjut Prof. Aman. 
 
Dia berharap buku ini dapat membantu para praktisi kesehatan  menghindari kesalahan tersebut sehingga anak-anak dengan perawakan pendek bisa  mendapatkan penanganan yang sesuai. 
 
Beberapa perwakilan tenaga kesehatan juga hadir dalam acara ini. Di antaranya dr. Tri Novia Maulani, dari Puskesmas Cilandak, Jakarta Selatan.
 
Ia menyampaikan tenaga kesehatan perlu menambah wawasan dalam  memahami perbedaan antara perawakan pendek dan stunting, serta bagaimana mendiagnosis  keduanya dengan lebih tepat. 
 
"Pemahaman ini penting agar kami bisa memberikan penanganan  yang sesuai kepada setiap anak, tahu kapan harus merujuk, sehingga mereka mendapatkan  intervensi yang tepat sesuai kondisi mereka," tambahnya.