Sonora.ID - Dokter Ahli Endokrin Anak dan peneliti pertumbuhan anak Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.) mengatakan semua anak dengan stunting memiliki perawakan pendek, namun tidak semua anak pendek menderita stunting.
Hal ini menjadi salah satu kesalahan atau pitfall yang umum dalam diagnosis yang dapat berakibat pada penanganan yang tidak tepat bagi anakanak dengan perawakan pendek.
Hal ini diungkapkan Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.), dalam bukunya yang berjudul "Pitfalls pada Diagnosis Perawakan Pendek".
Bedah buku ini diselenggarakan Yayasan Kesehatan Anak Global (YKAG) bersama Kelompok Kerja Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat untuk Program Kesehatan Prioritas (Pokja RCCE+).
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), mengungkapkan beberapa poin penting dari Buku “Pitfalls pada Diagnosis Perawakan Pendek”.
Pertama, pertumbuhan anak adalah indikator utama kesehatan dan status gizi mereka, dan penurunan pertumbuhan bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Prof. Aman menegaskan penting untuk memantau pertumbuhan anak secara berkala.
Kedua, gangguan pertumbuhan bisa terjadi akibat ketidakseimbangan hormon atau faktor genetik, yang harus dievaluasi dengan metode yang tepat.
Ketiga, Prof. Aman juga mengungkapkan pentingnya penggunaan alat bantu kurva pertumbuhan yang sesuai dalam memantau pertumbuhan anak, serta pemahaman bahwa tidak semua anak pendek mengalami stunting.
Dalam buku ini, Prof. Aman juga mengatakan masalah pertumbuhan anak bukan hanya masalah gizi. Perlu pendekatan komprehensif dalam evaluasi masalah pertumbuhan anak yang melibatkan pemeriksaan riwayat keluarga, hormon, hingga kromosom, serta mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan emosional.
"Untuk memastikan anak tumbuh optimal, perlu kolaborasi antara sektor kesehatan, pendidikan, dan sosial," tambahnya.
Acara Bedah buku turut dihadiri para praktisi kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit, akademisi, pemangku kebijakan, lembaga swadaya masyarakat, serta media. Kegiatan bedah buku ini bertujuan untuk memberi ruang belajar dan diskusi antara penulis dan praktisi kesehatan, khususnya yang bekerja pada program penanganan stunting.
Dalam kesempatan ini, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan apresiasi dan harapannya atas terbitnya buku ini.
Baca Juga: Menkes Budi Apresiasi Bio Farma Kembangkan Cyclotron untuk Tekan Angka Kematian karena Kanker
“Saya berharap akan semakin banyak tenaga kesehatan seperti Prof. Aman yang mampu menuangkan ilmu dan pemikirannya dalam bentuk buku sehingga memberikan pencerahan bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat dan membuat kesehatan rakyat Indonesia menjadi lebih baik”, tambahnya
Sementara itu, Prof. dr. Badriul Hegar Syarif, PhD, SpA(K), Ketua Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam sambutannya ikut menyampaikan harapannya dalam terbitnya buku ini.
"Pertumbuhan anak bukan hanya masalah tinggi badan, tetapi juga cerminan dari kesehatan dan status gizi yang baik. Harapan saya buku ini dapat memberi panduan praktis bagi tenaga kesehatan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam mendiagnosis dan menata laksana stunting." ujarnya
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), selaku penulis buku, menekankan beberapa poin penting dalam buku yang ia tulis ini. Menurutnya, buku ini hadir dari pengalaman saya selama hampir tiga dekade sebagai dokter ahli endokrin dan peneliti pertumbuhan anak.
"Dalam praktik sehari-hari, saya sering menemui berbagai kesalahan umum dalam diagnosis anak dengan perawakan pendek," lanjut Prof. Aman.
Dia berharap buku ini dapat membantu para praktisi kesehatan menghindari kesalahan tersebut sehingga anak-anak dengan perawakan pendek bisa mendapatkan penanganan yang sesuai.
Beberapa perwakilan tenaga kesehatan juga hadir dalam acara ini. Di antaranya dr. Tri Novia Maulani, dari Puskesmas Cilandak, Jakarta Selatan.
Ia menyampaikan tenaga kesehatan perlu menambah wawasan dalam memahami perbedaan antara perawakan pendek dan stunting, serta bagaimana mendiagnosis keduanya dengan lebih tepat.
"Pemahaman ini penting agar kami bisa memberikan penanganan yang sesuai kepada setiap anak, tahu kapan harus merujuk, sehingga mereka mendapatkan intervensi yang tepat sesuai kondisi mereka," tambahnya.