Find Us On Social Media :
Para peternak mandi susu sebagai bentuk protes terhadap pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau Industri Pengolahan Susu (IPS) di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (9/11/2024). Penyebab Peternak Boyolali Mandi Susu dan Buang 50.000 Liter Susu di TPA. (Kompas.com)

Pembatasan Pasokan Picu Kerugian, Peternak Susu Boyolali Menjerit

Ria FM Solo - Senin, 11 November 2024 | 13:40 WIB

Boyolali, Sonora.ID – Peternak dan pengepul susu sapi di Boyolali kini menghadapi situasi yang kian memprihatinkan akibat adanya pembatasan suplai susu ke industri pengolahan susu (IPS).

Dampaknya pun terasa hingga ke tingkat peternak dan pengepul, seperti yang dialami oleh Sugianto, salah satu pengepul susu di Desa Sruni, Kecamatan Musuk.

Sugianto terpaksa membuang sebagian besar susu yang sudah ia beli dari para peternak karena permintaan dari IPS menurun.

Selama dua pekan terakhir, Sugianto menyatakan dirinya harus membuang sekitar 33 ton susu yang tidak dapat tersalurkan.

“Saya gak bisa kan nolak peternak, kasihan. Jadi tetap kami ambil,” ucapnya. Akibat dari kondisi ini, Sugianto mengaku mengalami kerugian yang cukup besar, hingga mencapai Rp 1,3 miliar.

Setiap harinya, ia membeli susu dari peternak dengan harga Rp 7.300 per liter. “Kalau seperti ini, ya gak kuat kami,” tambahnya, menyiratkan bahwa situasi ini berpotensi untuk mengganggu kelangsungan usaha mereka.

Kurangnya perusahaan pengolahan susu lokal di Kabupaten Boyolali menjadi salah satu alasan mengapa susu dari para peternak tidak dapat terserap sepenuhnya oleh IPS.

Hal ini diungkapkan oleh Sriyono Bonggol, salah satu peternak yang juga bertindak sebagai koordinator aksi, pada Sabtu (9/11/2024).

“Pengolahan atau UKM lokal atau pengepul, tidak ada yang bisa memproduksi susu dalam jumlah besar itu,” ujar Sriyono. Pernyataan ini mencerminkan keterbatasan kapasitas pengolahan lokal yang berkontribusi pada masalah surplus susu yang tidak terkelola.

Setiap hari, jumlah susu sisa yang tidak mampu diserap pabrik mencapai sekitar 30 ribu liter.

Sriyono menyatakan bahwa membagikan susu tersebut kepada masyarakat bukanlah solusi yang aman.