Sonora.ID - Dinas Perikanan Kabupaten Penajam Paser Utara – PPU menegaskan pentingnya menjaga kualitas salinitas air dalam pengairan apartemen kepiting.
Jika salinitas air payau yang terindikasi meningkat, maka harus ada perbaikan salinitas agar tetap berada pada bawah 30 ppt.
Jika salinitas terlalu tinggi, kepiting akan mengalami perubahan pola hidup, termasuk proses molting atau pergantian kulit.
Demikian diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budi Daya dan Lingkungan Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Musakkar, ketika ditanya mengenai budidaya kepiting bakau yang baik dan menghasilkan kepiting yang berkualitas tinggi.
Molting adalah proses alami kepiting bakau untuk melepaskan eksoskeleton lama dan menggantinya dengan yang baru.
Setelah proses ini, eksoskeleton baru masih dalam keadaan lunak dan membutuhkan waktu beberapa jam untuk mengeras, setelah menyerap mineral dan air.
Menurut Musakkar, Kualitas air menjadi faktor kunci dalam keberhasilan budi daya kepiting bakau, terutama dalam proses penggemukan menggunakan apartemen kepiting.
Diketahui kepiting bakau hidup pada air payau dengan kandungan garam yang terukur, sehingga perubahan salinitas air dapat memengaruhi kehidupan kepiting yang sedang proses penggemukan.
“Jika pemberian pakan berlebihan, itu dapat mencemari air payau,” ujar Musakkar, Senin (4/11/2024). Hal ini menjadi perhatian penting bagi para pembudi daya kepiting yang telah menerima bantuan perangkat apartemen kepiting dari pihaknya.
Bantuan tersebut mencakup 800 bibit kepiting bakau dengan berat rata-rata 300 gram per ekor, dan perangkat apartemen kepiting untuk Kelompok Budi Daya Ikan Air Tawar (Pokdakan) Desa Sesulu dan Api-Api, Kecamatan Waru.
Musakkar melanjutkan, untuk memaksimalkan pemanfaatan perangkat apartemen kepiting, pembudi daya harus memahami pentingnya pengaturan suhu air dan kualitas pengairan.