Batam,Sonora.Id - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama(KKKS) dan puluhan media nasional mengunjungi PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM), Batam, Kepulauan Riau agar dapat memberikan informasi dan pemahaman kepada awak media mengenai pengembangan Kapasitas Nasional yang dilakukan oleh SKK Migas.
SKK Migas mencatat bahwa target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bopd) serta gas 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) masih terus dijaga. Sehingga guna menjaga keberlanjutan target tersebut maka industri pendukung dalam negeri juga harus siap sekaligus melanjutkan tren positif pertumbuhan industri dalam negeri.
PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM) merupakan salah satu industri pendukung industri migas tanah air dan satu-satunya yang memproduksi pipa seamless atau Oil Country Tubular Goods (OCTG). Perusahaan yang menjadi bagian dari PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) memproduksi pipa seamless dan sudah tersertifikasi API 5CT (Casing & Tubing) dan API 5L (Line Pipe).
Penggunaan OCTG yang dibuat di dalam negeri dalam proyek migas tentu membuat operasional menjadi lebih efisien selain itu yang utamanya juga ini juga pipa seamless produksi Rainbow Tubulars Tingkat Komponen dalam Negeri (TKDN) sudah mencapai lebih dari 50%. Tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri RTM juga sudah mampu melakukan ekspansi bisnis dan memasok produknya ke Rusia, Kanada serta Amerika Serikat.
Direktur Komersial dan Bisnis Rainbow Tubulars Manufacture Rudy Barkeilona menyatakan pipa seamless Rainbow Tubulars dipasok untuk memenuhi kebutuhan operasional beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), antara lain Pertamina EP, Pertamina Hulu Rokan (PHR), Medco E&P Indonesia, Petrochina serta Energi Mega Persada (EMP) yang memiliki banyak kegiatan produksi.
“Distribusi produk kami sepanjang tahun 2023, hampir 73% untuk Subholding Upstream Pertamina, overseas 10% , other 2% (KKKS lainnya), serta ke Pertamina Hulu Rokan 15%. Untuk 2024 komitmen untuk suplai pasar domestik seluruhnya,” kata Rudy saat kunjungan awak media di pabrik PT Rainbow Tubulars Manufacture disela kegiatan Media Gathering SKK Migas, Batam, Kepulauan Riau, Rabu,(20/11/2024).
RTM berdiri tahun 2016 dan langsung mendapatkan sertifikasi API atau standarisasi suplai material hulu migas tahun 2017, lalu 2018 dapatkan sertifikat TKDN dan SKUP dari pemerintah karena nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri lebih dari 40%.
RTM sendiri sedang membangun plant atau pabrik kedua dengan kapasitas mencapai 40.000 ton per tahun dengan total investasi lebih dari Rp300 miliar.
“Dengan adanya tambahan new plant kapasitas 40.000 ton jadi total kapasitas produksi 70.000 ton per tahun. Sehingga doiharapkan target kami kuartal 3 tahun 2025 rampung,” ujar Rudy.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala Divisi Prokom SKK Migas, Hudi D Suryodipuro menilai bahwa keberadaan PT RTM membuktikan industri penunjang hulu migas dalam negeri memainkan peranan penting dalam mengejar target produksi migas nasional
Hudi berharap dengan adanya peningkatan kapasitas produksi nantinya dibarengi dengan peningkatan pekerjaan para KKKS yang berujung pada peningkatan produksi migas.
“Tahun ini ada 925 sumur dibor, tahun depan kita kejar diatas 1.000 sumur. Kegiatan lain juga akan naik. Jadi ini membutuhkan dukungan kesiapan teman- teman industri pendukung,” tambah Hudi.
Hudi menambahkan industri hulu migas tidak mau hanya jadi revenue center tapi juga motor penggerak ekonomi nasional. Keberadaan RTM juga menunjukan bahwa TKDN bisa langsung berdampak pada perekonomian daerah termasuk dalam penyerapan tenaga kerja.
“Keberadaan industri hulu di daerah ada multiplier effect terhadap industri di Indonesia atau daerah operasi termasuk di industri penunjang, negara kita ada kemampuan dan kompetensi. Dan ini green pipe pertama di Indonesia, ke depan bisa lebih tinggi kualitasnya atau gradenya itu jadi kewajiban industri penunjang bahwa harus kebawa dengan industri hulu migasnya,” jelas Hudi.
SKK Migas sebagai managemen operasi KKKS memastikan bahwa industri penunjang bisa beirkan suplai yang baik di suplai hulu migas. OCTG banyak diperlukan untuk kegiatan pemboran. Selain itu, pemboran bakal meningkat jauh per tahunnya demi kejar target produksi.
“Agar dapat mencapai target 1 juta barel diatas 1.000 sumur dibor artinya banyak butuhkan OCTG kalau ditarik atau suplai dapat dari dalam negeri pasti win-win solution mumpung drilling banyak jadi kesempatan mengangkat industri dalam negeri,” tegas Hudi.