Aset yang tidak terlihat ini bisa berupa kompetensi dan kemampuan perusahaan, hal ini lah yang harus dilihat.
Silih menambahkan alasan mengapa hal ini adalah hal basic? Karena beberapa orang terkadang salah melihat apa yang dimilikinya sebagai aset, padahal bisa jadi itu adalah beban.
Misalnya ketika orang melihat rumahnya sebagai aset tangible, namun bisa jadi rumah tersebut adalah beban ketika rumahnya tidak diapa-apakan, namun tetap harus membayar pajak.
Alih-alih mendapatkan keuntungan dari hal yang dianggap sebagai aset, tapi justru mengeluarkan banyak biaya untuk merawatnya.
Baca Juga: Setelah 3 November, Pengguna iPhone 5 Terancam Tak Bisa Internetan
“Gimana caranya bahwa itu menjadi aset bukan menjadi beban? Lihat saja apa yang bisa kita manfaatkan dari situ, ini pertama yang kita harus lakukan,” jelas Silih.
Sedangkan untuk aset yang intangible, perusahaan harus melihat dan menjadikan elemen-elemen yang ada untuk menjadi aset.
Dalam prosesnya yang perlu diperhatikan adalah, apakah elemen tersebut menjadi beban? Apakah pemeliharaannya justru mengeluarkan banyak biaya? Dan bagaimana elemen ini bisa dijadikan sesuatu yang berpendapatan?
Ketika elemen tersebut bisa dimaksimalkan dengan baik, maka hal itu baru bisa dikatakan sebagai aset.
“Syukur-syukur kalau itu nantinya bisa jadi modal bukan hanya sekedar jadi aset,” tutup Silih.
Baca Juga: Chord Gitar Sederhana dan Lirik Lagu 'Zona Nyaman' by Fourtwnty