Selama penelitian, pihakya menemukan banyak kendala teknis. Menurutnya, teknologi yang dibuat oleh timnya memang terbilang orisinil, sehingga harus sangat banyak mengalami trial and error ketika diimplementasikan.
Selain itu, timnya juga cukup kesulitan saat mengintegrasikan segala komponen elektrik dan mekanik pada tas yang notabenenya berbahan kain lunak.
“Jadi teknologinya harus kokoh, kedap air, tahan guncangan, tapi tas juga harus tetap elastis dan ringan,” ungkapnya yang mengaku sampai sekarang masih menemukan kendala teknik.
Baca Juga: Segudang Prestasi Rezza, Anak Sopir yang Lulus ITB dengan IPK 3,98
Tas ciptaannya tersebut dibawa ke ajang Global Capsone Design Fair: Engineering Education Festival (E2Festa) 2019, akhir November lalu.
Keduanya bergabung bersama tim dari Chonbuk National University Korea. Dalam ajang tersebut, keduanya meraih Excellence Award Winner atau setara dengan predikat Runner Up.
Marchio mengungkapkan, timnya merupakan tim delegasi dari Hub of Innovation Chonbuk National University.
Baca Juga: 13 Jurusan Prodi di Indonesia Masuk Daftar 300 Dunia versi QS WUR 2019
Timnya terpilih menjadi salah satu delegasi dikarenakan pernah meraih predikat Grand Prize Award di ajang perlombaan sebelumnya, yaitu International Student Joint Capstone Design Project (i-CAPS) 2019 di Daejeon, Korea Selatan, Agustus 2019.
“Untuk mengikuti perlombaan ini, persiapan kami cukup panjang, sejak Januari 2019,” tuturnya.