Sonora.ID - Sulawesi Selatan mencatat deflasi sebesar 0,10 persen selama Maret 2020. Angka itu berdasarkan hitungan lima kota yang dijadikan acuan.
Kepala BPS Sulsel, Yos Rudiansyah menjelaskan, dari lima kota acuan, tiga kota mengalami deflasi dan dua kota inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Makassar 0,11 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di kabupaten Bulukumba sebesar 0,15 persen.
Penyebab utama deflasi Sulsel tercatat dari penurunan indeks harga konsumen dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,17 persen. Kemudian diikuti kelompok transportasi sebesar 0,50 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,04 persen.
Baca Juga: Pemkot Makassar Terima Bantuan 20 Unit Wastafel untuk Cegah Corona
Adapun komoditas utama penyumbang deflasi di Sulsel diantaranya cabai rawit, tarif angkutan udara, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, ikan bandeng, tahu mentah, bawang putih, ikan katamba dan ikan layang.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi di Maret 2020 yaitu kelompok penyediaan makanan minuman restoran sebesar 2,52 persen. Disusul kelompok perawatan pribadi 1,08 persen, kelompok kesehatan 0,25 persen, pakaian dan alas kaki sebesar 0,20 persen dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,06 persen.
Adapun komoditas penyumbang inflasi diantaranya ayam goreng, emas perhiasan, martabak, gula pasir, mie siap santap, tarif kendaraan roda dua online, telur ayam ras, nasi dengan lauk dan pepaya.
BPS mencatat laju inflasi Sulawesi Selatan secara tahun kalender atau Januari sampai Maret 2020 sebesar 0,96 persen dan laju inflasi year on year sebesar 2,49 persen.
Penghitungan inflasi atau deflasi Sulsel pada bulan Maret 2020 didasarkan pada hasil Survei Harga Konsumen yang dilakukan oleh BPS pada pasar tradisional dan pasar modern atau swalayan di 5 kota Indeks Harga Konsumen (IHK).