Bali, Sonora.ID - Proses karantina dalam jumlah yang besar bagi pekerja migran Indonesia yang tiba di Pulau Bali dapat menimbulkan efek psikologis yang memengaruhi kesehatan. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menanggapi usulan dari anggota dewan.
Made Indra yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bali menjelaskan jika mengkarantina dalam jumlah yang banyak, maka kita perhatikan efek psikologisnya, belum tentu baik untuk semua, sehingga akan menciptakan orang-orang yang stres sehingga akan memperburuk psikologisnya.
Made Indra tidak menolak mentah-mentah usulan tersebut. Namun, dari sejumlah aspek sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak.
"Bahwa maksud idenya bagus, saya terima kasih, tetapi jangan lupa kesakitan orang tidak hanya disebabkan karena Covid-19, tetapi juga tekanan psikologisnya yang dia alami saat diisolasi," ucapnya.
Baca Juga: Operasi Keselamatan 2020, Polda Bali Bagikan Ratusan Masker dan Hand Sanitizer
Dewa Indra mendapatkan informasi dari beberapa petugas medis di RS, pasien yang stres ketika di kamar isolasi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh. Kondisi fisiknya menjadi lebih drop dibandingkan yang lain dengan pikiran yang tenang.
Menurut dia, tidak ada satu negarapun di dunia yang mengarantina semua warga yang datang dari luar negeri. Hal tersebut akan membuang-buang sumber daya dan memang secara teknis sulit dilakukan.
"Para ABK di kapal pesiar, sesungguhnya sebelum pulang sudah melakukan proses karantina. Setelah itu, mereka juga mengikuti pemeriksaan dan rapid test. Yang dinyatakan negatif boleh pulang, sedangkan yang indikasi positif masih ditahan di sana (di luar negeri) untuk dilakukan perawatan," ujarnya.