Bandung, Sonora.ID - Sejak mewabahnya Covid-19, Lembaga Konservasi (Taman Satwa) Cikembulan Kadungora, Garut ditutup dari awal Maret 2020 lalu.
Manager Operasional Taman Satwa Cikembulan, Rudy Arifin baru-baru ini menyebutkan sejak ditutup, lembaga konservasi ini tidak memiliki pemasukan dan hanya mengandalkan tabungan.
"Bila pandemi ini terus berlangsung dipastikan banyak satwa yang akan kekurangan makanan, kecuali bila ada perhatian dan bantuan dari pemerintah atau pihak-pihak lainnya," ujar Rudi dalam keterangan yang diterima Sonora.ID, Bandung, belum lama ini.
Rudi menambahkan, taman satwa yang memiliki luas 5 hektar tersebut memiliki satwa sebanyak 435 ekor dengan beragam jenis, mulai mamalia, aves dan reptil. Macan Tutul berjumlah 5 ekor, Harimau Sumatera 1 ekor, Orang Utan 6 ekor, Beruang Madu 1 ekor, serta Singa Afrika 8 ekor.
Baca Juga: Harimau Bernama Nadia di Kebun Binatang AS Positif Virus Corona
Rudi mencontohkan, untuk pakan Macan Tutul saja manajemen harus merogoh kocek sebesar Rp. 20 juta/bulan. Secara keseluruhan, baik pakan dan pemeliharaan semua satw mencapai Rp 220 juta/bulan.
"Kurang lebih sekitar 20jutaan hanya untuk pakan macan saja. Itu belum dengan yang lain-lainnya. Kalau dihitung semua ya bisa lah sampai 220an juta perbulan," ungkap Rudi.
Sejak awal, manajemen sudah mengambil berbagai langkah strategis, diantaranya merumahkan sebagian karyawannya. Menurut Rudy, dalam kondisi normal mereka memiliki karyawan 30 orang. Saat ini kami hanya mempekerjakan karyawan sekitar 15 orang. Karyawan tersebut harus tetap masuk secara bergantian karena harus menjaga keberlangsungan kesejahteraan satwa.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), Rahmat Shah mengungkapkan sebanyak 92,11% para anggotanya hanya mampu bertahan 1 bulan di tengah wabah Covid-19 ini, dan Lembaga Konservasi (Taman Satwa) Cikeumbulan adalah salah satunya.