Pada Senin (18/5/2020) pemerintah Huanan mengatakan akan melakukan pembayaran satu kali kepada peternak 14 jenis binatang liar seperti tikus bambu, tikus belanda, kijang, musang dan ular.
Pemberian kompensasi tersebut dengan syarat melepaskan hewan-hewan liar tersebut kembali kea lam.
Dana kompensasi akan bervariasi, mulai dari 24 yuan (Rp 50.000) untuk seekor marmut, hingga 2.457 yuan (Rp 5 juta) untuk seekor kijang.
Skema kompensasi ini pun disambut baik oleh Sara Platto dari Yayasan Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan Hijau China yang merupakan organisasi nirlaba di Beijing.
Baca Juga: Seolah Tak Kapok, Pasar Hewan Liar di Wuhan Kembali Buka Setelah Lockdown Ditarik
"Sangat menyenangkan melihat China memberi insentif kepada orang-orang yang berburu, membiakkan, atau menjual satwa liar. Penting untuk merawat hewan-hewan itu dan tidak membiarkan mereka telantar," ucapnya dikutip dari South China Morning Post.
Namun, Zhou Haixiang anggota Komite Nasional China untuk Manusia dan Biosfer menuturkan jika langkah ini masih dirasa belum cukup untuk dilakukan.
"Larangan itu pada konsumsi satwa liar, tetapi dari sudut pandang ekologis, kita harus melarang semua penggunaan komersial hewan liar," ujarnya.
Dirinya mengatakan jika hewan-hewan yang dibiakan dikonsumsi hanya 30 persen.
Sedangkan operasi komersial seperti pertenakan bulu dan taman margasatwa sebanyak 70 persen.
Baca Juga: Mencekam, Begini Kisah Nyata Jika Suatu Negara Memberlakukan Lockdown
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wuhan Resmi Larang Konsumsi dan Perdagangan Hewan Liar".