Sementara dalam melakukan tugasnya Herman hanya berbekal cangkul dan baju lusuh, serta masker.
Tidak ada pengamanan yang lebih ketat seperti mengunakan hasmad atau APD lainnya.
"Kalau kita semua menolak untuk memakamkan, terus siapa yang mau memakamkan. Saya hanya berdoa minta perlindungan sama Allah selama bekerja. Ini semua demi kemanusiaan,"ujar Herman.
Semenjak dijadikan kawasan pemakaman khusus Covid-19 pada pertengahan April lalu, sudah 135 jenazah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dikebumikan disana.
Baca Juga: 3 Orang yang Merupakan Satu Keluarga di Gianyar Positif Covid-19
Dalam sehari, paling sedikit dua pasien PDP meninggal dan kebumikan. Bahkan, sempat 12 jenazah dalam sehari dimakamkan usai lebaran kemarin.
"Pada malam lebaran saja tujuh jenazah, sesudah lebaran 12 jenazah. Kami hanya lima orang, itu sangat capek sekali,"jelasnya.
Makam khusus Covid-19 yang digali Herman dan empat timnya itu memiliki ukuran yang berbeda dibandingkan lubang makam umum.
Jika pada pemakaman umum ukurannya memiliki lebar 60cm dan panjang 90 cm, makam khusus Covid-19 memiliki lebar 90 cm dan panjang 210.
Baca Juga: Jenazah Covid-19 Diambil Paksa, Pihak Rumah Sakit di Makassar Minta Polisi Perketat Keamanan
"Karena kita mengikuti ukuran peti, kalau makam biasa kan hanya jenazahnya saja,"kata Herman menjelaskan.
Bersama timnya, Herman dibayar upah sebesar Rp 750.000 untuk satu lubang jenazah. Uang itu mereka bagi lima untuk kebutuhan keluarga mereka. Kondisi itu tak membuat Herman mundur sebagai penggali kubur di TPU Gandus Hill, ia tetap menerima upah tersebut.
"Tidak ada uang tambahan lain, hanya itu saja. Kalaupun ada dikasih vitamin. Tapi kami tetap ikhlas, karena ini yang hanya bisa saya bantu selama pandemi ini,"ujarnya.
Kasi Pemakaman TPU Gandus Hill dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PRKP) Sarjan menambahkan, jarak antara pemakaman khusus PDP Covid-19 dan umum sekitar 500 meter.