Menurut Ansar, dalam situasi pandemi, ancaman keselamatan tenaga medis ketika merawat pasien menjadi lebih besar. Apalagi jika pasien adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang merupakan pembawa virus Covid-19.
“Karena ini prototype, biayanya mencapai hampir 20 juta. Namun untuk produksi selanjutnya, kami perkirakan di bawah 10 juta rupiah. Komponen lokal yang dikandung adalah 60%, sementara 40% komponen masih harus kita datangkan dari luar,” lanjut Ansar.
Ansar menambahkan, prototype E-Magic UH1 telah diuji coba pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unhas dan dapat bekerja sempurna.
Sementara, Dekan FT Unhas M Arsyad Thaha menuturkan, produk ini merupakan kebutuhan penting saat ini.
Baca Juga: Guru Besar Kedokteran Unhas Sebut Plasma Darah Bisa Gantikan Vaksin
Begitu pihaknya mengetahui ada persoalan terkait perawatan gigi yang dihadapi tenaga medis, pihaknya merespon cepat untuk berkolaborasi mendesain dan menghasilkan produk tersebut.
“Prototype yang kita luncurkan dan perkenalkan ini adalah generasi pertama. Ini akan terus dikembangkan menjadi lebih sempurna. Rencana pengembangan lanjutannya adalah menyempurnakan tampilan, serta menambahkan teknologi kontrol melalui suara. Kita juga akan memproduksi dalam jumlah besar sambil menunggu ijin edar dari lembaga terkait,” imbuh Arsyad.
Pada kesempatan melakukan uji coba E-Magic UH1, Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu memberi apresiasi dan penghargaan atas respon cepat dari kolega di FKG dan FT Unhas.
Apalagi, dalam proses pembuatannya, tim ini juga melibatkan mahasiswa.
Baca Juga: Tim Unhas Serahkan Audit Konstruksi Stadion Andi Matalatta Mattoanging