Ia mencontohkan, pada tanggal 14 Juni 2020, data yang diterima sebanyak 180 kasus confirmasi, namun setelah dicek di lapangan hanya ada 80 orang.
Kemudian, pada tanggal 15 Juni 2020, data confirmasi yang diterima 280 orang, dan setelah dicek hanya 100.
Lalu pada tanggal 16 Juni 2020, pihaknya menerima data 149 kasus terkonfirmasi warga Surabaya dan setelah dicek ternyata hanya ada 64 orang.
Baca Juga: Heboh Video Dokter Tanpa Busana karena Stres Corona, Ini Faktanya
Di samping itu, ada pula data luar daerah Surabaya yang masuk dalam data Surabaya. Kadang ada warga KTP luar Surabaya tapi menulis alamat domisili di Surabaya.
"Karena memang kerja dan indekos di Surabaya. Kalau seperti itu sudah pasti enak. Tim tracing tinggal mencari kontak eratnya. Meskipun warga luar Surabaya tetap dicatatkan di data positif Surabaya, karena sesuai epidemiologisnya," katanya.
Ia juga memastikan bahwa petugas tracingnya juga berkali-kali menemukan alamat palsu yang tertera di data itu. Karena setelah dilacak tidak ada pasien di alamat tersebut.
Baca Juga: Keliling Saat Pandemi, Risma Beri Semangat Dokter, Perawat & Petugas Kebersihan
"Kalau begini langsung dimasukkan ke data yang tersisa itu tadi dan dikirim lagi ke provinsi," katanya.