Kondisi tersebut mengharuskan keluarganya memutar otak untuk bisa bertahan hidup dalam membiayai keluarga sekaligus memastikan keuangan usahanya tetap laku dan bisa bertahan di masa sulit ini.
Sehingga ibu dua anak itu memutuskan untuk berjualan es putar, kuota, sandal dan baju daster.
“Alhamdulillah dengan jualan seadanya ini bisa untuk mencukupi untuk makan sehari-hari keluarga,” imbuhnya.
Baca Juga: Menjaga UMKM Indonesia, Pindad Bina Pengrajin Senapan Angin dan UMKM Lainnya
Pasalnya, dengan kondisi yang tidak memungkinkan saat ini Ia mengaku kesulitan untuk menjual dagangannya yang berkisar mulai Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu.
“Saat ini satu kain sasirangan saja sulit untuk menjualnya,” keluh Ema.
Kendati demikian, Ia tetap berharap, dengan masuknya era new normal atau kebiasaan baru ini bisa mengembalikan keadaan seperti semula, sehingga produk yang dijual bisa laku kembali dan wabah Covid-19 bisa berlalu di Kota Seribu Sungai ini.
“Agar wisatawan luar daerah bisa datang dan belanja kain Sasirangan khas Banjarmasin ini,” harapnya.
Baca Juga: Geliat Pengrajin Batik Bandung di Tengah Pandemi Virus Corona