Hal lain juga disampaikan Teguh berkaitan dengan Pelayanan KB Serentak satu hari dalam rangka Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) pada akhir Juni 2020.
"Luar biasa, target kita hanya 35 ribu, jadi 77 ribu. Artinya 200 persen lebih capaiannya. Artinya, masyarakat itu butuh pelayanan ini, tapi piye (bagaimana), mau keluar rumah takut. Jadwal rumah sakit nggak melayani lagi karena jadi tempat rujukan dan memang ada atauran sendiri yang tidak memperbolehkan itu. Bidan juga harus lebih hati-hati sehingga masyarakt tambah stres. Tapi faktanya di lapangan membutuhkan pelayanan itu, dan inilah prioritas, kita penuhi," ujar Teguh.
Lebih lanjut Teguh mengatakan, bahwa mulai Januari 2021 BKKBN kembali akan melakukan pelayanan serentak untuk masyarakat yang belum terlayani.
"BKKBN di tengah masa pandemi nggak diam. Kita jalan terus memberi pelayanan ke masyarakat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19 agar petugas dan keluarga yang dilayani juga aman," ungkapnya.
Baca Juga: Modus Penipuan Lowongan Kerja di Puskesmas Surabaya, Pemkot Ingatkan Warga Waspada
Ia juga menjawab pertanyaan awak media tentang ada tidaknya ibu hamil yang terpapar Covid-19 hingga apa yang disebut dengan sebutan 'baby boom' atau ledakan angka kelahiran akibat pandemi.
"Kita tidak menemukan ibu hamil yang positif Covid-19 di Jatim, data kami ya. Perlu wapada kemungkinan tidak terjadi baby boom. Tetapi kalau pandemi ini nggak selesai-selesai, mobilitas keluarga terbatas, pelyanan KB kendor, itu bisa terjadi. Jatim berusaha keras, meskipun angka kelahiran total vertility rate Jatim masih 1,9 sekarang 2,1 ini masih ideal sebenarnya. Namun demikian tidak berarti bahwa kita abai. Kita tetap berupaya keras memenuhi kebutuhan masyarakat tentang pelayanan KB. Kerjasama dengan mitra pelayanan, bidan di daerah dengan tetap mematuhi melaksanakan protokol kesehatan sehingga aman," tegas Teguh.
Selain itu, ia juga mengatakan tentang prosentase angka pernikahan pada usia dini berdasarkan data statistik BKKBN di Jatim. Menurutnya, daerah tapal kuda masih menjadi perhatian dalam hal ini.
"Memang tapal kuda ini karakternya kawin dibawah 20 tahun. Tapi Jatim mengalami penurunan menurut data yang saya miliki. Sekarang itu sudah turun menjadi 18 persen dari perkawinan dibawah 20 tahun. Sebelumnya kan sudah sampai 20 persen yang dibawah usia 20 tahun. Jadi, ini semakin baik berdasarkan angka yang kami dapatkan dari statistik rutin. Memang itu menjadi tantangan kita bersama bahwa membangun keluarga itu perlu persiapan. Tidak berkeluarga dengan prinsip gimana nanti, tapi nanti harus bagaimana, perlu perencanaan," pungkasnya.
Baca Juga: Sasar Pasar, TNI & Polri Tetap Dukung Pemkot Surabaya Jalankan Protokol Kesehatan