Bandung, Sonora.ID - Sejak mewabahnya Covid-19 di Indonesia, hampir seluruh sektor terdampak oleh virus yang berasal dari Wuhan Tiongkok ini, sebut saja sektor ekonomi yang paling merasakan efeknya. Dan ini pun membuat para investor harus berpikir panjang dalam berinvestasi untuk meminimalisir risiko yang didapat.
Sebenarnya banyak pilihan untuk melakukan investasi, sebut saja investasi emas, atau investasi di pasar modal misalnya saham, atau investasi di sektor riil properti.
Umumnya masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi emas ketimbang yang lainnya karena emas juga dianggap aman dan menguntungkan, bahkan mengalami kenaikan tertinggi dalam 9 tahun terakhir sejak 2011.
Baca Juga: Harga Emas Meroket, Kalsel Alami Inflasi 0,25% di Bulan Agustus
Pada tanggal 5 Agustus 2020, emas memecah rekor di level USD 2.018/troy ons. Kemudian mencapai level tertinggi di level USD 2.081/troy ons pada akhir Juli 2020.
Tercatat harga emas telah melonjak 33% dalam tahun ini. Faktor penyebab kenaikan emas diawali dengan ketegangan geopolitik Amerika Serikat dengan Iran dan perang dagang dengan Tiongkok di awal tahun, kemudian berlanjut seiring penyebaran wabah COVID-19 yang meluas ke berbagai negara, lalu menimbulkan ketidakpastian ekonomi, suku bunga yang rendah, dan penggelontoran triliunan stimulus yang membuat dolar sebagai pesaing safe haven terus merosot.
"Melonjaknya harga emas hingga 33 persen itu akhirnya membuat masyarakat tertarik untuk berinvestasi emas," ucap Pimpinan Cabang PT Kontak Perkasa Futures cabang Bandung Deddy Rudiyanto pada acara diskusi "Menakar Kekuatan Emas Hingga Akhir Tahun dan Peluang Perdagangan Berjangka Komoditi ditengah Pandemi" di Bandung, Kamis (3/9/2020).
Baca Juga: Harga Emas Tembus Rp 1 Juta, Hanya Butuh 36 Gram Emas Untuk Melunasi Ongkos Naik Haji