Mengelola lahan seluas 5 hektare di antara dua bendung sabo penahan lahar dingin, Suhartono bersama masyarakat sekitar mencoba untuk tetap berpenghasilan, tanpa mengubah kontur, elevasi serta fungsi bantaran sungai Gendol dan daerah tangkapan airnya.
Mereka memilih memanfaatkan bantaran sungai untuk lintasan ATV, daripada menambang pasir dan batunya, meskipun secara ekonomi hasilnya tidak terlalu sebanding.
"Ternyata bisa, industri jasa wisata berdampingan dan mempertimbangkan fungsi ekologis. Jadi tidak mengancam pasokan air untuk petani di bawahnya," ujar Marrel.
Selain mencoba lintasan, pehobi speed offroad ini juga didaulat untuk menanam pohon jenis beringin di bantaran sungai Gendol.
Baca Juga: Masih Status Waspada, Masyarakat Diminta Tak Perlu Panik Soal Erupsi Gunung Merapi
Marrel mengaku bersedia untuk menjadi bagian dari kerja Suhartono dan Komunitas Pagar Merapi yang berupaya menanami lahan kritis di lereng Merapi.
Sekitar 1200 pohon beringin disiapkan oleh komunitas untuk ditanam secara berkala di beberapa lokasi rawan.
"Selain akarnya dapat menahan erosi, pohon beringin juga memiliki kemampuan menyerap air yang baik," kata Suhartono.
Persoalan air menjadi fokus Marrel. Pasalnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) belum lama ini merilis hasil penelitian yang menyebut Pulau Jawa diperkirakan akan kehilangan air pada tahun 2040.
Baca Juga: Lirik & Chord Lagu 'Banyu Langit' - Didi Kempot, Ademe Gunung Merapi Purba