Senada dengan itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Kemendikbud, Jumeri mengatakan strategi penuntasan buta aksara beberapa tahun terakhir difokuskan pada daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) karena daerah tersebut sulit dijangkau terutama di masa pandemi.
Jumeri berharap, masa krisis ini menjadi momentum bagi seluruh pihak untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap peningkatan literasi.
“Daerah 3T adalah bagian dari NKRI yang harus diperjuangkan, kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk menyukseskan pemberantasan buta aksara di Indonesia,” imbuhnya.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Biro Pusat Statistik tahun 2019, jumlah penduduk buta aksara telah mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Persentase buta aksara tahun 2011 sebanyak 4,63 persen, dan pada tahun 2019 turun menjadi 1,78 persen.
“Artinya, angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya seiring dengan terlaksananya berbagai strategi yang inovatif dan menjawab kebutuhan belajar masyarakat,” kata Jumeri.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kantor UNESCO di Jakarta, Shahbaz Khan mengatakan, Indonesia telah menjadi salah satu contoh negara yang mampu memastikan perkembangan literasi di seluruh penjuru negeri.
Namun demikian, di dunia masih memiliki tantangan global yang nyata yaitu 773 juta penduduk usia remaja dan dewasa tidak memiliki kemampuan literasi dasar.
“Hal yang sama juga dihadapi oleh 617 juta anak dan remaja yang belum mampu mencapai kemampuan minimal bidang membaca dan Matematika. Terdapat banyak tantangan baru yang telah memengaruhi sekolah dan pembelajaran sepanjang hayat kita, terutama remaja atau orang dewasa yang tidak atau kurang memiliki kemampuan literasi dasar,” tutur Shahbaz Khan.
Di akhir sambutannya, Shahbaz mengapresiasi upaya Kemendikbud yang tetap memastikan terciptanya pembelajaran dan budaya literasi di masa pandemi COVID-19.
“Terima kasih untuk kepemimpinan Indonesia dalam upaya meningkatkan literasi di seluruh dunia. Indonesia memiliki pemimpin yang baik untuk meningkatkan literasi,” tutup Shahbaz.
Baca Juga: Kemendikbud Terbitkan Kurikulum Darurat pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus