Program ini dimulai dengan pembuatan ekosistem yang mendukung tumbuh kembang Burung Kacamata Sulawesi dan Burung Kacamata Makassar dengan penanaman Pohon Sappang (Caesalpinia sappan L), Rao (Drankontamelon dao), dan Kapuk Randu (Ceiba pentadra) di lahan seluas 2,2 Ha.
"Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian kedua burung endemik tersebut adalah dengan melakukan penanaman tanaman pakannya," ujar Unit Manager Communication & CSR MOR VII, Laode Syarifuddin Mursali.
Berdasarkan pendataan awal, populasi Burung Kacamata Makassar dan Burung Kacamata Sulawesi di area konservasi hanya berkisar 3-4 pasang dan 20-25 pasang.
Baca Juga: Tingkatkan Kesembuhan, WHO Puji Program Wisata Covid-19 di Sulsel
Namun setelah upaya pelestarian dilakukan, populasi berkembang menjadi 5-7 pasang untuk Burung Kacamata Makassar dan 40 pasang untuk Burung Kacamata Sulawesi.
Program tersebut pun membawa Pertamina mendapat predikat Proper Hijau dua kali berturut-turut sejak tahun 2018 yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Semoga program ini juga dapat menciptakan perubahan mindset (pola pikir) masyarakat untuk lebih peduli terhadap kegiatan penyelamatan kekayaan hayati," pungkas Laode.
Program ini dimulai dengan pembuatan ekosistem yang mendukung tumbuh kembang Burung Kacamata Sulawesi dan Burung Kacamata Makassar dengan penanaman Pohon Sappang (Caesalpinia sappan L), Rao (Drankontamelon dao), dan Kapuk Randu (Ceiba pentadra) di lahan seluas 2,2 Ha.
Baca Juga: Kondisi Pandemi, Kunjungan ke Objek Wisata Sangeh Capai 1.200 Orang Saat Hari Raya