BKKBN Tingkatkan Layanan IUD Post Partum Guna Cegah Peningkatan Stunting

14 Oktober 2020 06:09 WIB
Wakil Presiden K.H.Maruf Amin menerima audiensi Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOg beserta jajaran di Kantor Wakil Presiden Jl Medan Merdeka Utara Jakarta, Rabu (29/1/2020)
Wakil Presiden K.H.Maruf Amin menerima audiensi Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOg beserta jajaran di Kantor Wakil Presiden Jl Medan Merdeka Utara Jakarta, Rabu (29/1/2020) ( Sonora/Jumar Sudiyana)

SONORA.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memprediksi pada tahun 2020, jika dalam kondisi pelayanan yang normal makan akan terdapat jumlah kelahiran sebanyak 4,7 Juta. Namun dengan adanya pandemi, BKKBN mengalami persoalan pada pelayanan. Kondisi ini berpotensi terjadinya kelahiran atau kehamilan yang tidak diinginkan akan meningkat.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) saat menjadi memberikan sambutan pada acara Webinar dengan topik Gerakan Pencegahan Peningkatan Stunting Selama Pandemi Covid 19 Melalui Pelayanan IUD Post Partum (13/10/20)

 “Dilingkungan kita ini banyak sekali orang melahirkan dan kemudian tidak ingin hamil di tahun pertama, atau bahkan ditahun kedua belum akan hamil, biasanya kalau ditanya kalau sekarang melahirkan apakah tahun ini mau hamil? jawabannya tidak, apakah tahun depan mau hamil?, jawabannya juga tidak, mestinya dua tahun lagi bahkan tiga tahun lagi”, ujar Hasto.

Menurut Kepala BKKBN, sebetulnya dilingkungan kita banyak mereka yang tidak ingin hamil tetapi belum menggunakan alat kontrasepsi.  Mereka itulah yang baru saja melahirkan atau yang kita kenal post partum.   

Oleh karena itu pandai-pandailah kita menyampaikan informasi ini kepada para ibu yang baru saja melahirkan tentunya, kerena mereka ini butuh pendekatan khusus butuh konseling yang baik, dibesarkan hatinya kemudian tidak ditakuti-takuti, pesan Hasto.

“Kalau di Indonesia ada sekitar 4,7 juta perempuan sampai 5 juta perempuan per tahun yang melahirkan.  Kalau hari ini ada di DIY saya kira cukup besar juga, karena setiap 500 ribu ada sekitar 5 ribu yang hamil, sehingga kalau satu juta ada 10 ribu yang hamil, kalau 4 juta ada sekitar 40 ribu mungkin yang hamil dan melahirkan juga setiap tahunnya”, ungkapnya.

Ini menjadi sesuatu yang sangat luar biasa untuk dapat membantu mereka agar kemudian menjaga jarak kehamilan dan persalinan. Semua teori menyatakan bahwa spacing dan stunting itu menjadi satu sebab akibat. Mereka yang pengaturan jaraknya (spacing) bagus atau birth to birth interval atau birth to pregnancy interval, atau dengan kata lain jarak antara hamil dan melahirkan atau melahirkan dengan melahirkan yang jaraknya lebih dari 3 tahun terbukti tidak stunting.

Berbeda halnya dengan jaraknya yang kurang dari 2 tahun, hampir dua kali lipat kejadian stuntingnya. “Inilah makanya spacing atau jarak antara kehamilan dan kehamilan berikutnya atau kelahiran dengan kelahiran berikutnya sangat berpengaruh pada kejadian stunting,” jelas Hasto.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kasus tertinggi di Asia. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen. Sementara target WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen. Anak yang stunting (gagal tumbuh) bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

Peran BKKBN dalam penurunan stunting melakukan permodelan dengan pendekatan pencegahan.  Salah satunya adalah Program Pengendalian jarak dan jumlah kelahiran dengan KB Pasca Persalinan/Post Partum. Sehinga kotrasepsi menjadi pilihan, dengan kontrasepsi kemudian jaraknya bisa lebih dari 36 bulan harapannya.

Dalam hal ini ada kontrasepsi IUD yang mempunyai tiga keuntungan ketika dipasang setelah melahirkan. “yang pertama tidak sakit itu sudah jelas, kemudian yang kedua itu memasangnya relatif mudah, sebetulnya ngajarin ibu-ibu bidan masang IUD pasca persalinan itu jauh lebih mudah daripada ngajarin masang yang interval yang uterusnya kecil, karena jalannya juga masih lebar dan resikonya juga lebih kecil, serta yang ketiga, IUD itu tidak mempengaruhi ASI. Inilah yang penting sekali saya sampaikan tiga hal yang penting,” ungkap Hasto.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm