Menurut Nurmi, dalam satu tahun belakangan ini, dirinya sudah mempraktekkan ilmu yang didapatnya, malah dalam beberapa bulan terakhir dia lebih sering memproduksi ikan itu untuk memenuhi pesanan pada acara perkantoran.
Beberapa waktu lalu Dinas Kesehatan Aceh Timur juga ada memesan lebih kurang 120 ekor dengan harga jual Rp 6.000/ekor. Bandeng presto produksi Nurmi memang jauh berbeda dengan presto yang ada di pulau Jawa yang rasanya ada sedikit manis.
Racikan Nurmi membumbui bandeng presto dengan bumbu khas Aceh. Alhasil, cita rasa lebih khas dibandingkan presto ala Pulau Jawa.
Baca Juga: Seorang ASN Berlutut dan Menangis di Hadapan Bupati Aceh, Minta Sang Istri Diangkat Jadi Honorer
”Kita bumbui ala sendiri dan kita sesuaikan dengan lidah orang Aceh pada umumnya, sehingga aromanya juga mempunyai khas tersendiri,” ungkap wanita paruh baya itu.
Nurmiati berhasrat agar suatu saat usaha bandeng presto yang sudah ia tekuni dapat perhatian dari pemerintah, agar bisa dijadikan usaha home industri.
Dengan kapasitas produksi yang rutin, mempunyai paket/bungkusan yang desain menarik, sehingga hasil produksinya nanti dapat merambah pasar Aceh dan menjadi produk yang dapat dibanggakan Aceh Timur sesuai dengan sumber daya alam yang tersedia di daerah Bagok, dengan luas tambak ratusan hektar itu. Jika soal bahan baku, Nurmi bisa menjamin. Kenapa tidak, Bagok merupakan daerah yang dikenal dengan luas areal tambaknya.
Baca Juga: Berakhir Pekan di Semarang? Ini 10 Kuliner Khas Semarang yang Wajib Anda Kunjungi!