“Ini merupakan sumber daya alam yang sangat mendukung. Namun untuk membuka usaha tersebut, kami terkendala dengan modal, seperti untuk pengadaan bahan baku. Yang membutuhkan bantuan modal besar. Sebab harga ikan yang dibeli di tambak mencapai Rp 15. 000/kilogram”.
Dia juga berhasrat, bandeng presto bias menjadi menu sajian sehari- hari bagi keluarga di Aceh, karena ikan presto juga dapat disajikan dalam bentuk presto goreng.
“Sekarang ini banyak keluarga yang selalu disibukkan oleh segala macam pekerjaan. Kaum ibu lebih-lebih lagi kaum bapak, sehingga banyak keluarga di Aceh terutama yang hidup di kota- kota sudah tidak sempat lagi memasak lauk buat keluarga. Bandeng presto adalah solusi dalam masaalah ini,” tambahnya sambil berharap kepedulian.
Meski di tengah keterbatasan dana, Nurmi terus bergelut dengan keyakinan dan usahanya. Hanya dengan satu harapan dapat berkembang pesat dan potensi daerah terangkat. Semoga saja perjuangan untuk menunjukkan Bagok memiliki potensi sumber daya alam yang besar dapat terwujud.
Baca Juga: Menteri Kelautan dan Perikanan Izinkan Nelayan Bitung Gunakan Cantrang