Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga turut buka suara atas kondisi yang sedang terjadi di Prancis.
"Saya menyerukan kepada orang-orang, jangan mendekati barang-barang Prancis, jangan membelinya. Para pemimpin Eropa harus mengatakan 'berhenti' untuk Macron dan kampanye kebenciannya," kata Erdogan seperti dikutip dari CNN, Rabu (28/10/2020).
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Minggu (25/10) waktu setempat, bahwa dalam beberapa hari terakhir telah ada seruan untuk memboikot produk Prancis, terutama produk makanan.
"Seruan boikot ini tidak berdasar dan harus segera dihentikan, serta semua serangan terhadap negara kami, yang didorong oleh minoritas radikal," kata pernyataan itu.
Prancis dalam beberapa tahun terakhir dipaksa untuk melihat dengan seksama nilai-nilai intinya, yang dianggap oleh banyak orang sebagai ancaman oleh Islam menyusul serangkaian serangan jihadis yang telah menewaskan lebih dari 240 orang sejak 2015.
Namun sikap Macron telah memicu ketegangan antara Prancis dan dunia Muslim, dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada mitranya untuk menjalani "pemeriksaan mental" karena memperlakukan "jutaan anggota dari kelompok agama yang berbeda dengan cara ini".
Komentar tersebut mendorong Paris untuk memanggil kembali utusannya ke Ankara, Ibu Kota Turki.